Masyarakat Minangkabau adalah kelompok etnik nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Daerah yang memiliki kebudayaan ini antara lain daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, Bengkulu bagian utara, Jambi bagian barat, Sumatera Utara bagian selatan, Aceh bagian barat daya dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Dalam keseharian, masyarakat Minangkabau menggunakan bahasa minang untuk berkomunikasi, istimewanya, bahasa Minangkabau sendiri memiliki dialek yang berbeda. Bahkan di setiap luhak di negeri Minangkabau bisa memiliki lebih dari satu dialek.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang dalam suatu komunitas tertentu. Variasi ini bisa terjadi dalam hal pelafalan, tata bahasa, maupun kosakata. Meskipun berasal dari bahasa yang sama, dialek dapat terdengar berbeda dan memiliki ciri khas yang membedakannya dengan dialek lain.
Di Minangkabau, nama dialek dibagi sesuai dengan penggunaan di daerahnya, seperti dialek Pariaman, dialek Pasaman, dialek Agam, dan sebagainya. Dialek - dialek ini memiliki perbedaan sekaligus ciri khasnya masing - masing.
Selain perbedaan dialek yang menjadi kesusasteraan Minangkabau, masyarakat Minangkabau itu sendiri sering menggunakan bahasa Minang untuk mengungkapkan kiasan, sindiran, perumpamaan, keibaratan, pepatah-petitih dan sebagainya. Di dalam percakapan sehari - hari, masyarakat Minangkabau menggunakan pedoman 'Kato Nan Ampek', yang dimana hal tersebut berarti empat cara bertutur kata terhadap lawan bicara.
Kato nan Ampek, sesuai dengan namanya yang berarti "Kata nan Empat" membagi 4 bagian aturan berbicara dengan lawan bicara sesuai dengan ketentuannya.
- Kato Mandaki (Kata Mendaki) adalah tutur kata yang digunakan bagi orang yang lebih tinggi kedudukannya.
- Kato Manurun (Kata Menurun) adalah tutur kata yang digunakan bagi orang yang lebih muda.
- Kato Mandata (Kata Mendatar) adalah tutur kata yang digunakan dengan teman sebaya, setingkat.
- Kato Malereang (Kata Melereng) adalah tutur kata yang digunakan bagi orang yang saling menyegani, baik karena hubungan kekerabatan ataupun hubungan jabatan.
Pantun
Pantun merupakan bentuk puisi Indonesia (Melayu), yang terdiri dari empat baris yang bersajak A-B-A-B. tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Di Minangkabau, Pantun menjadi paling utama, dikarenakan pantun berperan banyak sekali, semisalnya digunakan dalam kegiatan keseharian, hiasan pidato, bunga kaba, dan lain-lain.
Selain itu, pantun tidak selalu terdiri dari empat baris, ada juga yang 2 baris, 8 baris, bahkan 10 baris. Pantun yang memiliki lebih dari 6 baris disebut dengan Talibun.
Pantun memiliki banyak jenisnya, menurut dengan isinya, pantun terbagi atas lima jenis. Berikut adalah kelima jenis pantun tersebut :
- Pantun Adat
Pantun adat ini biasanya digunakan didalam pidato, kandungan didalamnya berisikan oleh kutipan undang - undang, hukum, tambo, dan sebagainya.
contoh dari pantun adat :
Dahan kamuniang bialah patah
Asa mangkudu jan punah
Di lahia rajo disambah
Di batin rayaik mamarintah
Dahan kemuning biarlah patah
Asal mangkudu jangan punah
Di lahir raja disembah
Di batin rakyat memerintah
- Pantun Tua
Pantun tua biasanya berisikan oleh petuah - petuah dari orang tua yang disampaikan kepada anak muda. Petuah ini mengandung inti sari berupa nasihat serta ajaran etik yang lazim berlaku di masa itu.
contoh dari pantun tua :
Kamuniang di tangah balai
Ditutuah batambah tinggi
Barundiang jo urang tak pandai
Bak alu pancukia duri
Kemuning di tengah balai
Ditutuh bertambah tinggi
Berunding dengan orang yang tidak pandai
Bagai alu pencukil duri
- Pantun Muda
Pantun muda juga disebut sebagai pantun asmara, yang mengiaskan atau menyindirkan betapa dalam cinta asmara yang terpendam. Pantun ini memiliki berbagai macam variasi akan kisah asmara, contohnya seperti pemujaan atas kecantikan seorang kekasih, pernyataan cinta, ataupun cerita cinta yang tidak terbalaskan.
- Pantun Suka
Pantun suka ialah pantun jenaka yang berisikan olok - olokan terhadap perilaku seseorang yang sedikit menyimpang.
contoh dari pantun suka :
Tanah liek bakapiek
Ditimpo tanah badarai
Nan alun diliek alah diliek
Kuciang jo manciak samo bakasai
Tanah liat berkepiat
Ditimpa tanah berderai
Yang belum dilihat sudah dilihat
Kucing dengan tikus sama berkasai
- Pantun Duka
Pantun duka adalah pantun yang umumnya diucapkan atas perasaan belasungkawa terhadap suatu peristiwa yang malang atau menyedihkan.
Kaba
Kaba, berasal dari bahasa Arab yakninya Akhbar. yakninya salah satu sastra lisan tradisional Minangkabau, yaitu cerita rakyat yang biasanya diungkapkan dengan iringan dendangan dari alat musik saluang dan rabab. Kaba berfungsi sebagai pelipur lara, dengan mengangkat topik yang menceritakan biasanya tentang kepahlawanan, pertualangan yang memiliki nilai hikmah, atau nasehat, bahkan juga bisa berisi kritikan.
Unsur - unsur yang terdapat dalam kaba antara lainnya itu adalah pantun, sebagaimana pantun tersebut digunakan sebagai pembuka dan penutup. Jadi, tidak heran lagi kalau pantun memainkankan peran yang penting didalam kaba.
Berikut merupakan contoh dari pantun pembuka dalam sebuah kaba :
Kaik - bakaik rotan sago
Takaik di aka baha
Dari langik tabarito
Tibo di bumi jadi kaba
Kait - berkait rotan saga
Terkait di akan bahar
Dari langit terberita
Tiba di bumi jadi bakar
Pidato
Pidato berasal dari bahasa sanskerta, prirato, yang berarti kata yang mulia. Seperti yang kita ketahui dan sering kita temukan, banyak para tetinggi atau dewan perwakilan yang sering memberikan pidato di khalayak umum atau masyarakat, untuk itu, pidato perlu kemahiran dalam berbicara didepan umum. Selain itu, pidato juga sering ditemukan didalam acara - acara formal seperti, perhelatan perkawinan, kenduri dan perjamuan, upacara kematian, dan lain - lainnya.
Gaya bahasa dari pidato ini juga tergolong ke dalam kesusasteraan Minangkabau. Pidato didalam Minangkabau memiliki kesifatan khusus, jadi fungsi pidato di dalam kerapatan balairung itu cenderung bersifat formalitas, bukan untuk saling menguji ataupun sebagai pemicu perdebatan yang berpotensi mengangkat persengketaan.
Pepatah dan Petitih
Biasanya, di dalam pidato para penghulu di balairung, akan selalu disertai oleh pepatah dan petitih. Pepatah ini sendiri berarti kalimat yang mendukung dasar falsafah Minangkabau yang bersumber dari Alam Takambang Jadi Guru. Sedangkan petitih, merupakan bentuk yang lebih sederhana dari pepatah. Jadi, di dalam pidato, petitih biasanya diucapkan setelah pepatah, sehingga bisa disebut menjadi pepatah petitih.
Bentuk pokok kalimat dari pepatah terdiri dari dua buah kalimat yang berisi dua buah kata. Kalimat yang kedua memiliki peran sebagai pelengkap atau penyempurna dari kalimat pertama, sehingga kedua kalimat tersebut membentuk menjadi kesatuan yang utuh, sebagaimana bentuk bahasa kesusasteraan Minangkabau.
Kalimat penyempurna ini sendiri pun memiliki tiga pembagian, yakinya :
- Penyempurna yang sejajar
- Penyempurna yang menyilang
- Penyempurna yang berlawanan
Mamang
Mamang berisikan kalimat yang mengandung arti sebagai pegangan hidup, atau semacam aturan yang berisi larangan, anjuran dan perintah. Bentuk kalimatnya terdiri dari dua bagian kalimat yang masing - masingnya terdiri atas dua sampai dengan empat buah kata.
Contohnya sebagai berikut :
Anak dipangku, kamanakan dibimbiang
Gadang jan malendo, cadiak jan manjua
Anak dipangku, kemenakan dibimbing
Besar jangan melanda, cerdik jangan menjual
Kedua mamang tersebut memiliki makna yang pertama, seorang laki - laki memiliki kewajiban untuk memangku, yang menyiratkan artian memberikan kehidupan. Dan ia juga memiliki kewajiban untuk membimbing para kemenakannya. Yang kedua memiliki makna bahwasannya seorang pembesar atau pemimpin seharusnya tidak menggilas orang - orang yang kecil, dan orang pintar seharusnya tidak membodohi atau menipu orang orang yang bodoh.
Pituah
Pituah adalah susunan kalimat yang memiliki pesan atau ungkapan berhikmah, kata - kata mutiara yang biasanya disampaikan oleh orang - orang tetua. Bentuk pituah ini sendiri terdiri atas dua bagian kalimat yang masing - masingnya terdiri atas dua sampai empat buah kata.
Contohnya :
Bakato marandah - randah, mandi di ilia - ilia
Lamak dek awak, katuju deh urang
Berkata merendah - rendah, mandi di hilir - hilir
Enak bagi kita, senang bagi orang
Kedua pituah tersebut memiliki makna yang pertama, pituah itu bermaksud untuk janganlah bersikap sombong, sebagaimana kalau mandi di sungai, sebaiknya di bagian sebelah hilir, agar air orang tidak keruh. Sedangkan yang kedua memiliki makna, apa yang ingin kita lakukan hendaknya dimaklumi oleh orang lain juga.
Kesusastraan lisan Minangkabau merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Sebagai masyarakat yang kuat dengan tradisi lisan, Minangkabau memiliki beragam bentuk sastra lisan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun kaya akan nilai-nilai, kesusastraan lisan Minangkabau menghadapi tantangan dalam pelestariannya. Salah satunya antara lain efek dari modernisasi, pengaruh budaya asing, dan kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kesusateraan lisan ini. Untuk itu, diperlukannya tindakan untuk meningkatkan awareness bagi generasi muda, agar kesusasteraan yang sudah diwarisi ini tidak memudar di masa kedepannya.
Daftar pustaka :
Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: PT Grafiti Pers
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H