Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Iman Katolik

22 Oktober 2020   15:33 Diperbarui: 22 Oktober 2020   15:41 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iman hanya Sempurna jika Mengarah pada Cinta Kasih yang Aktif

Cinta kasih yang aktif, menunjuk pada perbuatan. Demikian Kata Santo Yakobus; Iman tanpa perbuatan adalah mati. Orang yang beriman, menghasilkan perbuatan-perbuatan baik dari perbendaharaan imannya. Perbuatan baik adalah wujud cinta kasih. Paus Benediktis XVI mengatakan ; mengasihi selalu berarti mengambil inisiatif untuk melakukan kebaikan terhadap subyek dan obyek yang dikasihi.

Iman Bertumbuh dalam Pendengaran Sabda Tuhan (Fides ex Auditu)

Iman tidak hanya mendengarkan pewartaan tentang Tuhan, melainkan secara eksistensial menaati dan melakukan apa yang didengarkan itu.

Iman Menjamin Kegembiraan Surgawi

Iman bergaul karib dengan harapan. Dalam iman, orang mendekatkan diri dengan Allah. Kedekatan dengan Allah, diuji dalam teguhnya harapan. Orang yang beriman, ia senantiasa berharap untuk diselamatkan. Harapan untuk diselamatkan, mengambil bentuknya sebagai kesetiaan. Orang yang setia pada Allah di bumi ini, ia pun akan menikmati kegembiraan surgawi kelak.

Iman sebagai Ekspresi Personal

Iman bersifat pribadi, dalam arti masing-masing orang, kelak mempertanggungjawabkan imannya di hadapan Allah, tetapi tidak bersifat ekslusif atau tertutup.
Iman secara personal bercorak misioner, dalam arti orang beriman melekat tanggung jawab untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mengenal Kristus, dan karena itu, tuntutannya ialah harus ada dalam suatu persekutuan.

Iman sebagai Ekspresi Persekutuan

Beriman berarti ambil bagian dalam keyakinan bersama. Iman yang sama merupakan dasar kesatuan Gereja. Iman personal menyatu dalam iman persekutuan.
Tentang iman sebagai ekspresi personal dan ekspresi persekutuan, kita temukan dalam dua Syahadat yakni Syahadat para Rasul dan Syahadat Nicea-Konstantinopel. Syahadat para Rasul memulai dengan "Aku Percaya" (Credo), dan Syahadat Nicea-Konstantinopel, dalam bentuk aslinya dimulai dengan "Kami Percaya" (Credimus).

Iman Bertahan dalam Kesetiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun