Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hak Asasi Manusia dalam Pusaran Politik

13 Februari 2019   07:10 Diperbarui: 13 Februari 2019   09:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi KampungNTT

Di sini, golput bukanlah suatu kebajikan, ketika perjuangan akan hak untuk hidup selalu merupakan perjuangan bersama. Dalam konteks negara demokrasi, Hak Asasi Manusia justru nampak secara manusiawi dalam sikap memilih pemimpin melalui pemilu.

Seringkali, golput berdiri di atas alasan bahwa tidak ada pemimpin yang layak entah secara kualitatif maupun secara integral. Menurut hemat saya, dengan titik tolak manusiawi, golput justru merupakan cara yang makin memperparah  kondisi di mana, orang yang memilih golput sama sekali tidak terlibat untuk menentukan nasib hidupnya dalam konteks yang lebih luas dan lebih umum.

Hak Asasi Manusia Dalam Pusaran Politik

Tujuan utama dari politik adalah memperjuangkan kesejahteraan umum yang nyata melalui perhatian dan pelayanan terhadap martabat manusia. Merupakan hak asasi yakni hak yang berpihak pada kehidupan kalau benar-benar dinyatakan melalui sikap peduli terhadap politik. Dalam arti ini, Hak Asasi Manusia menempati posisi strategis dalam politik. 

Disebut posisi strategis karena antara Hak Asasi Manusia dan politik, keduanya disatukan dalam satu inti perjuangan yakni martabat pribadi manusia. Pemenuhan terhadap martabat pribadi manusia ini tidak dilakukan secara sendirian, walaupun setiap pribadi manusia adalah pemerannya. 

Perjuangan ini membutuhkan suatu konteks sosial dan ruang sosial. Ruang sosial dalam kehidupan bernegera itulah yang kita sebut sebagai politik. Di sini, politik dimengerti sebagai ruang dan aktivitas untuk memperjuang kesejahteraan umum.

Perjuangan akan kesejahteraan umum ini, dalam tradisi negara demokrasi, tidak dapat terhindarkan dari kenyataan memilih pemimpin dalam pemilu. Maka menurut hemat saya, golput dalam pemilu merupakan suatu kegagalan dalam mengejawantahkan Hak Asasi Manusia.

Sebagai catatan kritis, golput merupakan suatu sikap kontraproduktif di tengah bangsa sedang mengalami krisis perhatian dan pelayanan terhadap kesejahteraan umum. 

Miris, jika segala upaya bertujuan untuk kesejahteraan umum tetapi keterlibatan dalam memilih justru diabaikan, sementara perjuangan akan kesejahteraan umum tidak terlepas dari kekuasaan yang dipercayakan kepada seseorang atau seorang pemimpin.

Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa pemilu bukan untuk memilih yang terbaik melainkan untuk mencegah yang terburuk berkuasa. Dengan memperhitungkan segala keterbatan dan kelemahan manusiawi, seseorang justru atas sikapnya yang memilih golput dalam pemilu makin memperparah kondisi demokrasi. 

Setiap orang perlu meyakini dirinya sendiri bahwa dengan memilih, ia berkontribusi untuk menentukan kemajuan bangsa ini melalui figur yang dipilihnya. Dengan memilih, seseorang tidak hanya menegaskan bahwa ia hidup melainkan atas cara itu, ia juga berpartisipasi menghidupi demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun