Dalam konteks kehidupan bernegara, dimensi politis Hak Asasi Manusia nampak dalam penggunaan hak untuk terlibat dalam politik semisal hak untuk memilih dalam pemilu, mengingat bahwa kehidupan bernegara sebagai kenyataan yang dihidupi oleh manusia-manusia, tidak dapat menyangkal bahwa perjuangan akan kesejahteraan umum tidak terlepas dari keterlibatan sesama yang lain, dalam hal ini; kekuasaan pihak lain yang mengatur dan menatanya.Â
Dengan terlibat dalam politik, seseorang justru makin menegaskan hak asasinya yang asli yakni menjunjung tinggi kehidupan dirinya dan kehidupan sesamanya. Substansinya adalah tentang kehidupan dan pelaksanaannya dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk politik.
Dimensi politis dari Hak Asasi Manusia juga nampak dalam perjuangannya menentukan pemimpin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Â
Dengan memilih pemimpin, seseorang tidak hanya taat aturan tetapi pertama-tama yang muncul dari tindakan memilihnya adalah menghargai adanya orang lain dan memberi kepercayaan terhadap orang lain, sebagaimana tuntutan kodrat sosialnya yakni hidup saling melengkapi dan saling membutuhkan.Â
Walaupun demikian, sikap taat aturan perlu dipandang sebagai sarana yang dapat mengatur seseorang membatasi dirinya dalam pemenuhan hak-haknya mengingat bahwa masih ada hak-hak orang lain juga.
Hak Asasi Manusia Bukanlah Alasan Untuk Alergi Politik
Ketika berbagai praktek dan kebijakan politik menyimpang dari norma moral dan keadilan, maka Hak Asasi Manusia yang menjunjung tinggi martabat manusia merupakan dasar keterlilbatan bagi setiap orang untuk memperjuangkan agar kehidupan politik kembali pada tujuan luhurnya yakni kesejahteraan umum.Â
Dalam arti ini, Hak Asasi Manusia bukanlah dasar yang tepat bagi seseorang untuk alergi politik atau membangun sikap apatis terhadap politik. Hak Asasi Manusia justru merupakan titik tolak paling utama bagi seseorang untuk terlibat dalam bidang politik.
Perjuangan hak asasi ini akan terperangkap dalam suatu sikap egosentris jika tidak mengandaikan yang lain sebagai rekan seperjuangan. Bahkan atas cara itu, seseorang bisa terperangkap dalam asumsinya sendiri serentak memandang politik sebagai suatu dunia yang jauh dari jangkauan manusia.
Hak Asasi Manusia Bukanlah Alasan Yang Tepat Untuk Golput
Golput merupakan pilihan tetapi secara demokratis, golput bukanlah pilihan demokratis. Apalagi menggunakan Hak Asasi Manusia sebagai dasar untuk tidak memilih dalam pemilu alias golput.Â