Menurut Dekrit Unitatis Redintegratio, artikel 19, dialog sebagai media untuk mencapai kerukunan dalam segala perbedaan mesti sampai pada pengakuan kebenaran wahyu dari setiap agama. Hidup bersaudara akan terjalin baik jika memahami dan mengakui kebenaran agama lain sambil memahami dan menghayati kebenaran agama sendiri. Di sinilah dimensi persaudaraan di mata perbedaan sungguh teruji daya tahannya.
Rukun Sebagai Komitmen Terhadap Martabat Sosial Manusia
Rukun sebagai komitmen mengagendakan sejumlah sikap dan aktivitas penghormatan dan pengkauan pada manusia pada umumnya dan setiap penganut agama pada khususnya. Sebagaimana ketika fisik manusia sakit, jiwa pun ikut terpengaruh ataupun sebaliknya, sedemikian itu setiap penganut agama mesti menempatkan sesamanya sebagai dirinya yang lain, yang mesti diperlakukan sebagai sesama ciptaan dengan penuh komitmen.
Dalam arti ini, rukun sebagai komitmen membuahkan niat kerja sama yang tinggi.
D. Memperkuat Kerukunan Melalui Dialog
Patut dicatat bahwa dialog merupakan usaha yang paling maksimal untuk menciptakan kerukunan dalam perbedaan agama. Walaupun demikian, patut dicatat bahwa dialog antaragama bukanlah media untuk menyebarkan agama. Bukanlah media untuk saling mendiskreditkan. Dan juga bukanlah media untuk saling berlomba-lomba menunjukkan kehebatan penganut sambil menunjukkan siapa yang paling benar dalam ajaran agamanya. Dialog juga tidak bertujuan untuk menetapkan suatu teologi universal sebab dialog mengandaikan adanya keunikan teologi pada masing-masing agama. Jika sikap seperti ini dipupuk, maka dialog akan berubah wajah menjadi malapetaka yang berujung pada dahsyatnya perpecahan dan tajamnya konflik.
E. Empat Macam Dialog Dalam Pernyataan Nostra Aetate, Â Dekrit Ad Gentes dan Unitatis Redintegratio
Di dalam ketiga Dokumen Konsili Vatikan II ini, tentu tidak ditemukan rumusan kronologis persis seperti empat macam dialog ini. Walaupun demikian, penulis berusaha untuk menemukan keempat macam dialog ini dengan bereferensi pada artikel-artikel tertentu dari ketiga dokumen ini sambil mendasarkan diri pada pembahasan empat bentuk dialog oleh Armada Riyanto, CM dalam bukunya yang berjudul "Dialog Agama dalam Pandangan Gereja Katolik", halaman 110-113.
Dialog Kehidupan atau Dialog Persaudaraan (NA, artikel 2, AG, art. 11, art 16, UR, art. 9)
Dialog ini ditujukan bagi semua orang. Dialog ini merupakan level dialog yang paling mendasar tetapi bukan paling rendah. Dengan pendasaran bahwa ciri-ciri kehidupan masyarakat pada umumnya adalah berciri dialogis. Ciri dialogis ini makin erat melalui hidup bersaudara dengan rukun, membangun semangat solidaritas dan subsidiaritas untuk saling peduli dan saling menyokong dalam hidup bersama.
Dialo Karya atau Kerja Sama (NA, art. 2)