Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bila Bersama Saudara Hidup Rukun

28 September 2018   18:08 Diperbarui: 28 September 2018   18:43 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rukun Sebagai Bahasa Bathin

Bathin manusia akan kebal godaan dan tantangan jika rukun di dalamnya. Rukun tidak berarti hanya menjadi milik bathin tanpa wujud nyata. Bathin yang baik akan menunjukkan dimensi sosialitasnya. Sebab bathin tanpa sosialitas tidak lain dan tidak bukan adalah individualisme bathin.  Tentunya individualisme bathin tidak diharapkan sebab adanya hanya menciptakan jurang pemisah dengan bathin sesama lain.

Dengan demikian, rukun sebagai bahasa bathin mengandaikan pendalaman yang serius terhadap manusia sebagai makhluk individual dan makhluk sosial. Secara individual, setiap insan berdiri sendiri tetapi secara sosial, di sampingnya masih ada lain yang juga berdiri sendiri.  

Dalam arti ini, rukun berarti merasa damai dengan diri sendiri, merasa damai dengan agama yang dianut dan merasa damai dengan sesama penganut agama lain dan merasa damai dengan agama lain yang dianut sesame.

Rukun Sebagai Bahasa Kritis

Rukun sebagai bahasa kritis menunjuk pada posisi memberangus kerukunan semu atau kemunafikan yang dipoles dengan formulasi kalimat kasih. Seringkali kerukunan digunakan sebagai pintu masuk untuk mengetahui dan mengganggu kebenaran agama lain.

Dengan kata lain, sikap rukun merupakan sebuah tuntutan susila dalam hidup bersama tetapi sikap kritis setiap penganut agama mesti tetap kokoh bukan untuk menyerang kebenaran agama lain melainkan sebagai kekuatan untuk membendung gangguan-gangguan yang datang dari luar terhadap kebenaran agama yang dianuti.

Rukun sebagai bahasa kritis bertujuan untuk mencermati dan menghindari bahaya rayuan psikologis semata dalam hidup bersama.

Dalam arti ini, rukun tidak berarti tidak kritis. Rukun berarti merasa damai dan nyaman dengan agama dan ajaran yang dianut serta tetap kritis terhadap isu-isu yang merobohkan kebenaran agama yang dianut. Sikap kritis ini sangat diperlukan demi menghindari praktek sikap indiferentisme yang menyamaratakan kebenaran begitu saja dengan elemen kolegial dan juga untuk membendung sikap ekslusivisme yang mengklaim kebenaran agama sendiri sembari ada usaha untuk menunjukkan kelemahan penganut agama lain.

Rukun Sebagai Bahasa Persaudaraan

Rukun sebagai bahasa persaudaraan mengandaikan peranan bathin dan peranan sikap kritis. Hidup bersaudara tidak berarti bathin dan sikap kritis dikorbankan. Hidup bersaudara tanpa posisi bathin yang benar dan sikap kritis yang tepat akan terjerat dalam lingkaran persaudaraan psikologis semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun