Pada tempat pertama, solidaritas nyata di dalam pembagian barang-barang dan di dalam pembayaran upah kerja (tepatlah kalau diberlakukan dalam kehidupan para frater dan terhdap karyawan-karyawati).
Solidaritas mengandaikan usaha menuju satu tata sosial yang lebih adil, dimana ketegangan-ketegangan dapat disingkirkan dengan lebih baik dan pertentangan-pertentangan dapat diselesaikan dengan lebih mudah melalui jalan perundingan. Dalam arti ini, solidaritas berwujud saling memaafkan dan saling memahami. Keutamaan solidaritas juga mempraktekkan saling berbagi hal-hal spiritual sehingga penghayatan iman dan perbuatan menjadi hidup.[5]
Solidaritas Dalam Kisah Penciptaan
Kisah penciptaan manusia memperlihatkan dimensi persaudaraan sebagai nilai yang sangat penting. "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kej. 2:18)". Ungkapan ini menandaskan bahwa pada mulanya Allah menciptakan manusia, Ia pun telah mengaruniakan kebersamaan sebagai syarat hidup manusia.
Kebersamaan ini pun menunjuk pada dua nilai yakni menjadi penolong dan sepadan. Inilah sekiranya makna bahwa yang namanya kebersamaan, sikap saling menolong bukanlah tambahan melainkan prasyarat bagi kebersamaan.
Supaya sikap saling menolong ini lebih kondusif dan konstruktif maka berlaku prinsip bahwa kita semua, baik yang menolong maupun yang ditolong, oleh rahmat penciptaan, kita adalah sepadan. Dengan demikian, sikap tolong-menolong dilihat sebagai aktivitas antar subyek ciptaan bukan subyek-obyek.
Pemahaman ini hanyalah mungkin kalau dalam terang iman, kita menghayati nilai kesatuan bahwa kita semua yang hidup dalam komunitas berasal dari Pencipta yang sama dan bermuara pula pada Pencipta yang sama.
Atas internalisasi terhadap kisah penciptaan, sebagai calon imam, kita terpanggil untuk menciptakan situasi kondusif dalam hidup komunitas dengan menghembuskan nafas-nafas rohani ibarat Allah menghembuskan nafas kehidupanNya ketika manusia diciptakan; dengan membentuk kebersamaan dan keteraturan ibarat Allah membentuk manusia dari debu tanah; dan dengan saling menghargai ibarat Allah menyapa manusia amat baik adanya seusai menciptakan manusia.