Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Opus Solidaritatis Pax

21 September 2018   22:58 Diperbarui: 21 September 2018   23:12 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tempat pertama, solidaritas nyata di dalam pembagian barang-barang dan di dalam pembayaran upah kerja (tepatlah kalau diberlakukan dalam kehidupan para frater dan terhdap karyawan-karyawati). 

Solidaritas mengandaikan usaha menuju satu tata sosial yang lebih adil, dimana ketegangan-ketegangan dapat disingkirkan dengan lebih baik dan pertentangan-pertentangan dapat diselesaikan dengan lebih mudah melalui jalan perundingan. Dalam arti ini, solidaritas berwujud saling memaafkan dan saling memahami. Keutamaan solidaritas juga mempraktekkan saling berbagi hal-hal spiritual sehingga penghayatan iman dan perbuatan menjadi hidup.[5]

Solidaritas Dalam Kisah Penciptaan

 

Kisah penciptaan manusia memperlihatkan dimensi persaudaraan sebagai nilai yang sangat penting. "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kej. 2:18)". Ungkapan ini menandaskan bahwa pada mulanya Allah menciptakan manusia, Ia pun telah mengaruniakan kebersamaan sebagai syarat hidup manusia. 

Kebersamaan ini pun menunjuk pada dua nilai yakni menjadi penolong dan sepadan. Inilah sekiranya makna bahwa yang namanya kebersamaan, sikap saling menolong bukanlah tambahan melainkan prasyarat bagi kebersamaan. 

Supaya sikap saling menolong ini lebih kondusif dan konstruktif maka berlaku prinsip bahwa kita semua, baik yang menolong maupun yang ditolong, oleh rahmat penciptaan, kita adalah sepadan. Dengan demikian, sikap tolong-menolong dilihat sebagai aktivitas antar subyek ciptaan bukan subyek-obyek.

 

Pemahaman ini hanyalah mungkin kalau dalam terang iman, kita menghayati nilai kesatuan bahwa kita semua yang hidup dalam komunitas berasal dari Pencipta yang sama dan bermuara pula pada Pencipta yang sama.

 

Atas internalisasi terhadap kisah penciptaan, sebagai calon imam, kita terpanggil untuk menciptakan situasi kondusif dalam hidup komunitas dengan menghembuskan nafas-nafas rohani ibarat Allah menghembuskan nafas kehidupanNya ketika manusia diciptakan; dengan membentuk kebersamaan dan keteraturan ibarat Allah membentuk manusia dari debu tanah; dan dengan saling menghargai ibarat Allah menyapa manusia amat baik adanya seusai menciptakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun