Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Adalah Aku yang Berkarakter

12 Januari 2017   22:22 Diperbarui: 12 Januari 2017   22:24 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketekunan

Tegarnya batu karang berhasil dibobol oleh tetesan-tetesan embun bukan karena kekuatan melainkan karena keseringan. Tekun mengandaikan adanya kemauan yang kuat dan kemauan yang tulus. Ketekunan digerakkan oleh kemauan.

Dengan demikian, berkarakter berarti terus mau untuk tekun melakukan suatu tugas sekalipun melewati tantangan.  Puncak gunung mengilhami para pemimpin, namun lembah-lembahlah yang mendewasakan mereka (Winston Churchill).

PENUTUP

     Akhirnya, berkarakter dalam arti yang sebenarnya adalah suatu perilaku dilakukan dengan sadar. Sadar yang dimaksud adalah sadar akan nilai apa yang kita gunakan sebagai pijakan dan sadar akan nilai apa yang mau kita capai. Melakukan sesuatu dengan sadar mengandaikan adanya kebebasan. Sadar mengandaikan kebebasan berarti kita sadar bukan karena paksaan dari orang lain sebab pada prinsipnya kesadaran adalah bergerak dari dalam dan mencuat ke permukaan. Jika kita menginginkan suatu nilai, maka bebaslah dari segala macam tekanan dan kekangan untuk menentukan nilai itu sebagai pijakan dan bebaslah untukmelakukan nilai itu sebagai bagian dari hidup demi menunjang hidup ke arah yang lebih baik.

Jadilah manusia yang berkarakter agar dengan itu kita bisa menjadi manusia yang berpribadi integral. Di saat kita menjadi pribadi integral, kita akan bebas dari segala macam kekangan dan bebas untuk melakukan sesuatu yang bernilai. Dan ingatlah baik-baik bahwa ketaatan terhadap manusia dan terhadap setiap tugas tetap penting dan utama karena ketaatan adalah buah yang matang dari kebebasan.  Salah mengartikan kebebasan akan terjerat dalam suatu kesombongan dan terbawa dalam kesalahan bertubi-tubi lagipula di sana hukuman menanti. Dan kegagalan akan bersorak-rai ketika melihat kita menangis  menyesali sesuatu yang telah berlalu.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun