Penulis ketika menyiapkan tulisan ini, banyak waktu tersita untuk merefleksikan apa sebenarnya arti karakter secara tepat. Penulis akhirnya masuk pada suatu permenungan dalam rupa pengandaian-pengandaian. Pengandaian A : Jika siswa tidak jujur, ia tidak berkarakter karena ia tidak mengatakan yang sebenarnya. Â Pengandaian B : Jika siswa tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, ia tidak berkarakter karena ia tidak mampu dan tidak tuntas dalam mengerjakan tugas.Â
Pengandaian C: Jika siswa mencuri atau lebih tepatnya dengan sengaja mengambil barang milik temannya tanpa informasi sebelumnya, ia tidak berkarakter karena ia tidak menghargai temannya dan ia tidak menghargai barang milik temannya. Pengandaian D : Jika siswa mencaci maki atau memukul temannya, ia tidak berkarakter karena ia tidak menghargai temannya sebagaimana ia menghargai dirinya sendiri. Terhadap pengandaian-pengandaian ini, kita bisa bertanya apa sebenarnya arti karakter.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefenisikan karakter sebagai tabiat atau kelakuan atau akhlak. Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan yang membedakan seseorang dengan yang lain. Konsep tentang membedakan seseorang dengan yang lain inilah yang kemudian disebut dengan berkarakter berarti berkepribadian. Pribadi mengacu pada diri seorang manusia yang unik pada dirinya sendiri dan sekaligus membedakan dirinya dengan diri orang lain.Â
Disebut pribadi yang berbeda karena manusia melalui cipta (akal budi), rasa (perasaan) dan karsa (kehendak bebas), ia berbeda dengan manusia lainnya, dan sekaligus dengan ketiga unsur jiwa itu, dapat membedakan manusia dari hewan dan tumbuhan. Maka dapat dibenarkan jika KBBI mendefenisikan karakter sebagai sifat-sifat kejiwaan manusia. Yang dimaksudkan dengan jiwa manusia meliputi unsur-unsurnya yakni akal budi (cipta), kesadaran, rasa (perasaan), kehendak bebas (karsa).Â
Unsur-unsur ini hanya dimiliki oleh manusia maka pembicaraan tentang karakter hanya dapat dikenakan kepada manusia, tidak kepada kepada hewan dan tumbuhan. Kita tidak dapat mengatakan kepada seekor anjing bahwa si anjing tidak berkarakter karena lewat tidak mengucapkan selamat pagi kepada kita. Kita tidak dapat mengatakan kepada sebatang pohon bahwa pohon itu tidak berkarakter karena tersebab arus derasnya angin badai, pohon itu jatuh dan menindih sebuah rumah yang indah.
Dengan demikian kita paham bahwa karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan manusia yang ditampakkan melalui perilaku badaniah manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perilaku ini, jiwa manusia melebur dalam badan dan tampak menjadi suatu perilaku yang bisa dilihat, dirasakan dan dapat diberi penilaian. Maka karakter mengandaikan adanya manusia sebagai aku yang men-jiwa dan aku yang mem-badan.
SIAPAKAH MANUSIA
Manusia adalah pertanyaan terbesar dan Tuhan adalah jawaban terbesar. Ketika kita mengatakan bahwa Tuhan adalah jawaban terbesar, kita mengakui bahwa kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang unik dan isitimewah karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1: 27). Ketika kita bertanya darimana badan kita, Tuhan menjawab : Aku membentuk engkau dari debu tanah. Ketika kita bertanya darimana nafas kehidupan kita, Tuhan menjawab: Akulah yang telah menghembuskan nafas kehidupan bagimu, dan karena itulah engkau akan disebut sebagai makhluk hidup. (Kej. 2:7). Ketika kita bertanya tentang darimana akal budi kita, Â
Allah menjawab: taklukkanlah dan berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kej.1:25.28). Berkuasa berarti kepada kita dikaruniakan kemampuan untuk menguasai alam dan dunia dengan cara melestarikan, melindungi dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan kita. Dan kemampuan itulah yang disebut sebagai akal budi. Ketika kita bertanya tentang dari mana kehendak bebas kita, Allah menjawab : Aku telah memberikan kebebasan kepadamu untuk beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah muka bumi dan taklukkanlah itu (Kej.1:28). Ketika kita bertanya tentang darimana perasaan kita, Allah menjawab : Aku telah memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu (Kej.1:30) supaya dengan itu engkau merasa memilikinya sebagai bagian dari dirimu.
Penafsiran yang menarik ini mengantar kita untuk mengkaji tentang manusia dari bidang ilmu filsafat manusia. Siapakah manusia?
Manusia adalah aku yang mem-badan
Manusia tidak hanya badan. Badan tanpa jiwa adalah mayat, dan mayat tidak mampu berbuat apa-apa selain hanya disimpan untuk dimakamkan. Sementara manusia melalui badannya mesti berbuat apa-apa untuk menunjang hidup dan karyanya.
Manusia adalah aku yang men-jiwa
Manusia tidak hanya jiwa. Jiwa tanpa badan dapat dikatakan sebagai hantu. Manusia bukan hantu karena manusia melalui badannya, ia dapat dilihat, dapat berkomunikasi dan dapat berelasi dengan yang lain. Manusia tidak hanya badan; manusia juga tidak hanya jiwa tetapi manusia adalah yang ber-badan-ber-jiwa. Manusia yang ber-badan-ber-jiwa, inilah yang disebut sebagai aku integral atau pribadi integral. Integral berarti utuh. Utuh berarti adanya kesatuan antara jiwa-badan. Jiwa-badan adalah satu dan kemudian disebut sebagai manusia, walaupun keduanya dapat dibedakan. Sebagai pribadi integral, manusia berbeda dengan yang lainnya. Manusia berbeda dengan sesamanya manusia, hewan, tumbuhan dan alam sekitarnya.
Manusia adalah aku integral
Manusia disebut aku karena aku meliput di dalamnya jiwa-badan. Â Aku yang ber-jiwa; aku yang ber-badan inilah aku integral. Aku integral kemudian disebut dengan pribadi integral. Maka pribadi integral mengandaikan jiwa-badan. Dalam jiwa, manusia mengambil bentuknya melalui berpikir, sadar, rasa dan kehendak bebas. Dalam badan, manusia mengambil bentuknya melalui berperilaku (melihat, mendengar, meraba, melakukan, berjalan dan lainnya). Manusia terarah kepada dunia karena badannya tampak melalui kelakuannya.
MANUSIA MEMAHAMI DAN MENGHIDUPI NILAI
Nilai adalah prinsip yang dicita-citakan dan diharapkan karena berguna bagi kehidupan manusia. Prinsip berarti dasar atau pijakan. Cita-cita atau harapan mengandung arti sesuatu yang harus dicapai pada waktu yang akan datang. Sebagai prinsip, nilai adalah pijakan bagi manusia. Sebagai cita-cita atau harapan, nilai adalah tujuan yang mau dicapai.Â
Hal ini berarti nilai mengandung dua unsur, yakni sebagai dasar dan sekaligus sebagai tujuan. Sebagai dasar, memebutuhkan pemahaman yang merupakan aktivitas jiwa dan sebagai tujuan membutuhkan ketekunan dalam berperilaku yang merupakan aktivitas badaniah. Dalam mencapai tujuan ini, jiwa melebur bersama dengan badan untuk tampak melalui perilaku atau perbuatan yang baik guna mencapai nilai tersebut. Tetapi tingkat pencapaian nilai ini diukur pada perilaku seseorang. Ketika ingin memahami nilai gunakanlah akal budi. Ketika ingin merasakan nilai, gunakanlah perasaan. Ketika menghendaki sebuah nilai, gunakanlah kehendak bebas. Ketika ingin menjadikan nilai sebagai karakter, gunakanlah badan yang tampak melalui perilaku hidup harian. Dengan demikian, berkarakter berarti menjiwai nilai dan melakukan nilai.
MANUSIA ADALAH PRIBADI YANG MENJADIKAN NILAI SEBAGAI KARAKTER
Beberapa nilai ditawarkan di bawah ini sekiranya dapat dilakukan dan dijadikan sebagai karakter pribadi manusia.
Berpikir Kritis
Kritis berarti tajam dalam membuat perbedaan. Atau tepat dalam menentukan mana yang benar untuk diikuti dan mana yang salah untuk dihindari. Dalam prinsip moral universal; lakukanlah yang baik dan hindarilah yang jahat. Ketika manusia mampu menentukan yang benar dan mampu memilah yang baik untuk diikuti maka manusia pantas dan layak untuk dikagumi karena sesungguhnya ia telah menunjukkan karakternya.
Dengan demikian karakter yang harus ditanamkan adalah ketika menghadapi suatu peristiwa atau suatu keadaan kita harus mampu menentukan mana yang benar dan baik untuk diikuti dan mana yang salah dan buruk untuk dihindari.
Berpikir Logis
Logis berarti masuk akal. Kata lain dari masuk akal adalah paham atau mengerti. Paham berarti akal budi menangkap realitas atau kenyataan yang sebenarnya. Masuk akal mengandaikan adanya hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka tentu ada akibatnya. Anton tidak boleh langsung marah hanya karena ia terlanjur percaya akan akibat dari sesuatu tanpa memikirkan apa sebabnya. Sebagai pendamping asrama, tidak langsung marah atau memberikan sanksi, ketika saya sendiri belum menemukan apa sebabnya.
Dengan demikian karakter yang ditanamkan adalah ketika menghadapi suatu persoalan sangat dibutuhkan kemampuan berpikir logis untuk menentukan adap sebabnya dan apa akibatnya, bagaimana tindakan yang harus ditempuh.
Berpikir Cerdas
Berpikir cerdas berarti memikirkan sesuatu entah terhadap suatu sebab maupun terhadap suatu akibat disertai dengan pertimbangan-pertimbangan. Berpikir cerdas mengandaikan adanya pertimbangan hati nurani manusia. Suara hati manusia dijadikan sebagai prinsip utama dalam mengambil suatu keputusan atau ketika menghadap suatu peristiwa atau keadaan. Hari nurani adalah sanggar suci Allah yang di dalamnya bersemayam suara hati. Jika dengan berpikir kita mampu menilai seseorang atau sesuatu maka gunakanlah juga suara hati untuk mampu membina seseorang atau sesuatu. Penilaian terhadap suatu kesalahan dapat dilakukan dan mungkin diberi sanksi tetapi lebih dari itu pembinaan harus tetap berjalan untuk menempah pribadi berkarakter yang mampu tahan uji dan mampu tahan banting.
Dengan demikian, berkarakter berarti merefleksikan pertimbangan yang matang sebelum melakukan sesuatu.
Berpikir Kreatif
Kreatif berarti memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menghasilkan suatu produk dan praktek baru.
Dengan demikian, berkarakter berarti berinisiatif dan tanggap untuk melakukan atau menciptakan sesuatu yang baru agar mampu menghadirkan suatu situasi baru pula.
Berpikir Sistematis
Berpikir sistematis berarti memikirkan sesuatu secara teratur. Teratur entah dari segi kerangka material maupun dari segi kerangka konseptual.
Dengan demikian, berkarakter berarti mampu menempatkan setiap kegiatan dan mampu memikirkan serta membicarakan sesuatu pada waktunya, pada tempatnya dan pada orang yang tepat.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab ada kaitannya dengan menjawab. Bertanggung jawab berarti dapat menjawab bila ditanya terkait dengan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasannya dan bahkan ia harus menjelaskannya. Â Tanggungkanlah apa yang telah dijawab. Tanggung jawab mengandaikan adanya kebebasan karena kebebasan adalah sarat yang mutlak bagi tanggung jawab.
Ada dua macam tanggung jawab yakni tanggung jawab retrospektif dan tanggung jawab prospektif. Tanggung jawab retrospektif berarti tanggung jawab atas segala perbuatan yang telah dilakukan dan atas segala konsekuensinya. Tanggung jawab prospektif berarti tanggung jawab atas perbuatan yang akan datang.
Dengan demikian, berkarakter berarti mampu mengatakan ya dalam kata-kata dan mampu mengatakan ya dalam perbuatan termasuk juga mampu mengatakan ya terhadap konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukan.
Kejujuran
Jika ya hendaklah kamu katakan ya jika tidak hendaklah kamu katakan tidak sebab apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat (Mat. 5:37). Kejujuran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengatakan sesuatu yang benar. Benar dalam arti apa yang diungkapkan sesuai dengan realitas atau apa yang ada dalam realitas itulah yang diungkapkan melalui pernyataan.
Saya akan dikatakan tidak jujur, jika realitas yang terjadi adalah saya mencuri tetapi justeru saya malah mengatakan saya tidak mencuri. Ini berarti pernyataan tidak bersesuaian dengan realitas.
Dengan demikian, berkarakter berarti mampu mengatakan apa yang benar, benar dalam pengucapan dan benar dalam perilaku.
Percaya Diri
Percaya diri adalah kunci untuk mencapai sebuah kesuksesan. Percaya diri mengandaikan kemauan yang kuat dan kemauan yang tulus. Jika hanya dengan kemauan yang kuat, kita bisa meremehkan yang lain, akhirnya rasa percaya diri mengambil suatu bentuk baru yakni merasa angkuh atau sombong. Maka sertakanlah juga kemauan yang tulus, agar dengan segala keberhasilan yang diperoleh menjadikan rasa percaya diri sebagai milik pribadi tanpa merugikan pihak lain sambil juga menyenangkan pihak lain. Percaya diri yang disertai dengan kemauan yang tulus akan mengundang sesama untuk turut bergembira dan menjadikan keberhasilan kita sebagai suatu kegembiraan bersama.
Dengan demikian, berkarakter berarti tanamkanlah rasa percaya dalam melakukan sesuatu disertai dengan kemauan yang kuat dan kemauan yang tulus.
Ketaatan
Mungkin kita pernah mendengar adaya ungkapan taat buta.Ungkapan ini biasanya dilontarkan ketika kita taat tanpa mengetahui apa alasan untuk taat. Walaupun demikian, kita diingatkan bahwa ketaatan itu tidak buta. Ketaatan memiliki mata, ketaatan memiliki pohon dan ketaatan memiliki buah. Mata dari ketaatan adalah kasih, pohon dari ketaatan adalah kebebasan karena itu ketaatan adalah buah yang matang dari kebebasan dan buah dari ketaatan adalah keihklasan atau ketulusan.
Dengan demikian, berkarakter berarti taat karena bebas, taat demi kasih dan taat untuk menunjukkan keikhlasan.
Â
Disiplin
Disiplin mengandaikan adanya komitmen pribadi. Hanya orang-orang berkomitmenlah yang akan mampu melakukan sikap disiplin sebagai buah yang matang dari kebebasan. Disiplin tidak hanya sekedar berarti hadir tepat pada waktunya, karena bisa saja hadir tepat waktu bukan untuk disiplin tetapi untuk menghindari supaya jangan dimarahi. Disiplin harus datang dari kesadaran yang tulus, sehingga kemudian kemandirian menjadi miliki pribadi yang berdisiplin. Walaupun untuk menegaskan disiplin tetapkan diperlukan adanya format pembinaan.
Dengan demikian, berkarakter berarti mampu hidup disiplin bukan karena takut, bukan untuk mencari popularitas diri, bukan untuk mencari muka dengan pemimpin melainkan berkarakter berarti mampu mandiri dan bebas menhidupi aturan yang dijabarkan dalam setiap waktu dan setiap kegiatan.
Â
Ketekunan
Tegarnya batu karang berhasil dibobol oleh tetesan-tetesan embun bukan karena kekuatan melainkan karena keseringan. Tekun mengandaikan adanya kemauan yang kuat dan kemauan yang tulus. Ketekunan digerakkan oleh kemauan.
Dengan demikian, berkarakter berarti terus mau untuk tekun melakukan suatu tugas sekalipun melewati tantangan. Â Puncak gunung mengilhami para pemimpin, namun lembah-lembahlah yang mendewasakan mereka (Winston Churchill).
PENUTUP
   Akhirnya, berkarakter dalam arti yang sebenarnya adalah suatu perilaku dilakukan dengan sadar. Sadar yang dimaksud adalah sadar akan nilai apa yang kita gunakan sebagai pijakan dan sadar akan nilai apa yang mau kita capai. Melakukan sesuatu dengan sadar mengandaikan adanya kebebasan. Sadar mengandaikan kebebasan berarti kita sadar bukan karena paksaan dari orang lain sebab pada prinsipnya kesadaran adalah bergerak dari dalam dan mencuat ke permukaan. Jika kita menginginkan suatu nilai, maka bebaslah dari segala macam tekanan dan kekangan untuk menentukan nilai itu sebagai pijakan dan bebaslah untukmelakukan nilai itu sebagai bagian dari hidup demi menunjang hidup ke arah yang lebih baik.
Jadilah manusia yang berkarakter agar dengan itu kita bisa menjadi manusia yang berpribadi integral. Di saat kita menjadi pribadi integral, kita akan bebas dari segala macam kekangan dan bebas untuk melakukan sesuatu yang bernilai. Dan ingatlah baik-baik bahwa ketaatan terhadap manusia dan terhadap setiap tugas tetap penting dan utama karena ketaatan adalah buah yang matang dari kebebasan.  Salah mengartikan kebebasan akan terjerat dalam suatu kesombongan dan terbawa dalam kesalahan bertubi-tubi lagipula di sana hukuman menanti. Dan kegagalan akan bersorak-rai ketika melihat kita menangis  menyesali sesuatu yang telah berlalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI