Abstrak
Perkembangan emosional Gen-Z merupakan pertumbuhan sikap terhadap Gen-Z untuk adaptasi kehidupan yang mendatang dimana adaptasi tersebut diimplementasikan terhadap lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan media sosial. Dengan makna lain emosional merupakan bentuk sikap atau perasaan emosi yang dialami oleh masyarakat maupun Gen-Z. Adapun bentuk emosional diantaranya sebagai berikut:     (1) marah; (2) sedih; (3) takut; (4) bahagia; (5) cinta. Disamping hal tersebut, emosional yang terbentuk pada Gen-Z terdapat beberapa faktor yang dialami oleh Gen-Z, salah satu faktor yang mempengaruhi emosional Gen-Z yaitu gawai. Gawai merupakan suatu teknologi yang diminati oleh Gen-Z karena gawai atau gadget berukuran lebih kecil daripada teknologi lainnya. Namun, gawai khususnya HP dapat menyebabkan pengaruh terhadap emosional Gen-Z karena pada HP terdapat Media Sosial. Hal tersebut dapat menyebabkan emosi sedih ketika memposting di Media Sosial namun terdapat beberapa teman yang tidak suka kepada postingan tersebut maka dapat menimbulkan komentar yang negatif sehingga menyebabkan over thinking. Namun, Gen-Z seharusnya lebih cenderung  untuk saling mendukung sesama teman, dengan adanya dukungan tersebut teman akan merasa bahagia dan tidak ada yang tersakiti satu sama lain.
PENDAHULUAN
Penggunaan gawai di lingkungan masyarakat khususnya pada Gen-Z  menjadi kebutuhan sehari-hari. Gawai merupakan produk teknologi yang sangat penting dalam melakukan pembelajaran. Namun, terdapat beberapa Gen-z yang tidak menggunakan gawai secara baik (Wibawa LAN, 2019). Gawai atau gadget merupakan alat teknologi untuk  kebutuhan  kegiatan sehari-hari dan gawai memiliki fungsi sebagai media komunikasi, pemberitahuan, perantara untuk bersosialisasi dalam media sosial hingga pemanfaatannya sebagai media pembelajaran.
Menurut (Safitri, 2020) gawai merupakan alat elektronik yang memiliki fungsi lebih praktis dan unsur moderenisasi merupakan inti dari gawai. Barang yang dapat digolongkan sebagai gawai yaitu Hand Phone. HP merupakan moderenisasi dari telepon. Karena adanya moderenisasi tersebut HP dianggap sebagai salah satu jenis gawai. Contoh yang lain yaitu laptop, laptop merupakan hasil moderenisasi dari komputer sehingga laptop merupakan salah satu jenis gawai. Gawai memiliki banyak manfaat yang memberi kemudahan untuk mendapat berita dan hiburan yang sudah ada  dalam  bentuk online maupun offline (Atikah,  2019).
Gen-z kerap kali melakukan kesalahan-kesalahan di media sosial yang Gen-Z Â mainkan seperti Instagram dan Tiktok. hal tersebut dapat mengakibatkan emosional Gen-Z tidak stabil ketika Gen-Z mendapat hujatan maka kesehatan emosionalnya terganggu ketika mendengarkan hujatan tersebut, Gen-Z pasti merasa kesehatan mentalnya terganggu padahal seharusnya sebagai masyarakat tidak boleh menghujat atau menghakimi orang lain di media sosial karena hal tersebut merupakan tindakan cyber bulliying. Disamping hal tersebut, game online maupun offline juga dapat menyebabakan emosional karena ketika bermain game pasti ada menang dan kalah, jika menang emosional seseorang akan bahagia namun jika kalah bermain game dapat menyebabkan kesedihan bahkan sampai marah. Ketersediaan air bersih di kota- kota besar masih menjadi salah satu permasalahan yang dikeluhkan oleh masyarakat.
Alat teknologi yang terdapat pada generasi modern dibentuk dengan simple supaya para peminatnya menikmati fitur aplikasi yang berkaitan dengan sosial media. Hampir seluruh kalangan dapat mempelajari penggunaan gawai dari kalangan Generasi Milenial hingga Generasi Alpha. Penggunaan teknologi yang banyak dipakai orang dewasa seperti HP atau komputer yang dikaitkan dengan suatu internet sehingga memberikan kemudahan akses ke berbagai macam situs maupun aplikasi yang tersedia secara offline. HP sekarang menyajikan sosial media yang gratis seperti Facebook, Twitter, Tiktok, dan Instagram yang di zaman sekarag, aplikasi media sosial menjadi yang paling banyak digunakan oleh Gen-Z.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk memahami dirinya sendiri, menyadari kelebihan dan kekurangannya, serta mampu mengelola emosinya. Kemampuan tersebut memungkinkan seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri, meningkatkan semangat, memperkuat rasa percaya diri, mengurangi tingkat putus asa, dan lebih efektif dalam berekspresi. (Ferdiana SR & Yuwono S, 2023).
Gen Z menghadapi tiga hambatan emosional yang menyebabkan kurangnya keyakinan terhadap prestasi profesional, yaitu kecemasan (34%), kurangnya motivasi (20%), dan perasaan rendah diri (17%). Namun, meskipun demikian, Gen Z menunjukkan semangat tinggi terhadap pencapaian masa depan. Mereka memiliki kreativitas dan inovasi yang luar biasa, serta prinsip kuat mengenai pentingnya stabilitas finansial. Hal tersebut mendorong mereka untuk bekerja keras demi mencapai kebahagiaan dan kesuksesan, sehingga berdampak positif pada perkembangan finansial keluarga.
Dengan demikian, pada artikel pengaruh gawai terhadap perkembangan emosional Gen-Z akan ditujukan untuk mengetahui apa saja dampak-dampak gawai yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional, yaitu dengan membahas apakah terdapat pengaruh gawai untuk emosional Gen-Z serta mengetahui faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi Emosional Gen-Z.
PEMBAHASAN
Penjabaran perkembangan pada penggunaan gawai.
Di era modern sekarang, kini Gawai tidak lagi hanya  barang biasa, melainkan menjadi sesuatu yang dibutuhkan dan esensial bagi kebanyakan lapisan masyarakat di Indonesia, terutama bagi siswa, mahasiswa, dan pebisnis. Kemajuan teknologi dalam alat komunikasi dan hiburan memberikan dampak signifikan pada masyarakat, yang unik untuk dibahas. Munculnya suatu istilah-istilah  baru pada zaman sekarang yang terkait dengan perangkat tersebut, umumnya berasal dari bahasa Inggris, seperti SMS (Short Message Service), Video Call, dan gadget.
Dalam bahasa Indonesia, ketiga frasa tersebut disebut sebagai pesan singkat, telewicara, dan gawai untuk merujuk pada gadget. Kata "gawai" memang terasa kurang akrab. Istilah-istilah tersebut masih perlu disosialisasikan lebih lanjut oleh pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat lebih sering menggunakan istilah asing. Gadget atau gawai selalu didesain dengan menggunakan teknologi canggih dan melebihi perangkat yang sudah ada sebelumnya. Salah satu jenis gadget yang paling umum dikenal oleh Gen-Z yaitu ponsel.
Hasil survei yang dilaksanakan oleh gawai merek POCO bekerja sama dengan suatu perusahaan data YouGov memperlihatkan bahwa Gen-Z cenderung menjadikan ponsel sebagai suatu hiburan utama mereka. Dilaporkan oleh Antara, studi tersebut melibatkan pengguna berusia 18-40 tahun, termasuk Gen-Z dan Milenial, di wilayah Asia Tenggara. Sekitar 50% dari responden dalam survei tersebut tidak mengalami penurunan yang penting atau berarti dalam waktu dan aktivitas penggunaan ponsel genggam. 2.500 Gen-Z dan milenial di Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam terlibat dalam hasil survei yang dilakukan oleh Antara, menunjukkan bahwa pandemi telah memicu penggunaan ponsel sebagai pusat hiburan. Dibandingkan dengan milenial, Gen Z lebih banyak menghabiskan waktu di depan ponsel. Sebanyak empat dari sepuluh orang yang menggunakan ponsel menyatakan bahwa kemungkinan meningkatkan waktu harian yang dihabiskan di ponsel, terutama untuk keperluan media sosial (53%), menjelajah internet (56%), dan tugas-tugas terkait pekerjaan.
Di tahun 2021, diperkirakan gawai khususnya di Indonesia, masih didominasi oleh smartphone. Meskipun komputer dan laptop memiliki potensi supaya berkembang, namun perkembangan smartphone menjadi yang utama. Hal tersebut disebabkan oleh terus meningkatnya tingkat penggunaan smartphone di Tanah Air. Pertumbuhan gadget di Indonesia terjadi dengan pesat, dan minat masyarakat terhadap gadget semakin meningkat, melibatkan hampir semua lapisan masyarakat. Smartphone yang banyak dipilih oleh orang-orang termasuk merek seperti Apple dan Android. Apple dikenal karena perangkat kerasnya yang beragam, mulai dari iMac, Macbook, iPod, hingga iPhone sebagai ponsel. Perangkat lunak kreatif buatan Apple, seperti untuk pemotongan suara, untuk penyuntingan video, dan iTunes sebagai pemutar lagu online, juga mendapatkan pengakuan. Peningkatan popularitas iPod bahkan memberikan dampak positif pada penjualan komputer Mac di Indonesia, terlihat dari munculnya berbagai komunitas pengguna Apple di Indonesia. Di sisi lain, perkembangan pengguna Android di Indonesia semakin berkembang pesat. Google mengamati potensi pasar Indonesia dan akhirnya memutuskan untuk membuka kantor di sini. Perkembangan positif pengguna sistem operasi Android menjadi salah satu alasan di balik keputusan tersebut. Hingga pada bulan Desember 2012, banyaknya pengguna HP Android di Indonesia sudah mencapai lebih dari dua setengah juta. Peluang Android terus meningkat, didukung oleh jejaring pengguna yang fanatik. Komunitas resmi pecinta sistem operasi Android, seperti id-Android, telah mencapai sembilan ribu orang, menandakan langkah mantap Android di pasar Indonesia.
Penjabaran Perkembangan Emosional.
Aspek emosional mencerminkan sifat dan karakter seseorang dalam mengatasi situasi, khususnya saat dihadapkan pada masalah. Umumnya, setiap individu akan menunjukkan ekspresi emosionalnya ketika menghadapi tantangan. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam perkembangan emosional anak agar dapat memberikan dukungan yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hardiyati pada tahun 2019, perkembangan emosional merupakan ekspresi perasaan yang muncul ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut, anak sering kali menunjukkan spontanitas tindakan dan ucapan sebagai bentuk refleksi dalam dirinya. Namun, hal tersebut tidak seharusnya dibiarkan terutama jika perilaku tersebut menempel pada karakter anak. Oleh karena itu, penting untuk mengarahkan dan membiasakan ekspresi perasaan tersebut, terutama dengan memberikan contoh yang baik melalui figur yang positif, sehingga kebiasaan baik dapat tertanam dalam dirinya. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa perkembangan emosional merupakn suatu proses di mana sikap emosional anak matang saat berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi anak untuk diberikan pembekalan dalam mengembangkan kematangan emosionalnya, karena kecerdasan emosional memiliki dampak besar terhadap kesuksesan dan prestasi seseorang.
Meningkatkan perkembangan sosial emosional anak dapat dimulai melalui mereka untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pengenalan tersebut bisa berlangsung melalui interaksi anak dengan keluarga, yang akan membantu anak dalam membangun konsep diri. Selain itu, kegiatan bermain bersama teman sebaya juga dapat menjadi cara efektif untuk melatih dan meningkatkan kemampuan sosialisasi anak (Muzammil, 2021). Selanjutnya, para orang tua dan guru memiliki kemampuan untuk memperkaya aspek tersebut melalui contoh-contoh positif seperti beribadah, berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama, berpakaian, cara belajar, gaya hidup, dan hal-hal lainnya.
Penjabaran Gen-ZÂ
Kelompok usia Gen-Z antara 11 hingga 26 tahun yang masih sangat rentan terhadap penggunaan media digital. Ada berbagai risiko yang dapat dihadapi oleh Gen-Z jika mereka ceroboh dalam menggunakan gawai, seperti cyber bullying, penyebaran berita palsu (hoax), doxing, trolling, dan penyebaran ujaran kebencian di media sosial. Risiko-risiko tersebut dapat terjadi apabila Gen-Z tidak memiliki pemahaman yang baik terkait literasi digital. Literasi digital mencakup kemampuan untuk penggunaan perangkat teknologi dengan bijak. Konsep empat pilar literasi digital, yaitu keterampilan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital yang diusulkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) di Indonesia tentu  membantu dalam menyosialisasikan konsep literasi digital kepada Gen-Z (Wardani, 2023).
Dari perspektif pandangan, Generasi Z cenderung tidak memiliki tingkat komitmen yang tinggi, merasa puas dengan apa yang mereka miliki, dan fokus pada kehidupan sekarang. Berbeda dengan Generasi Baby Boomer yang memiliki ciri pemikiran terpadu dan komunal, Generasi X yang cenderung berorientasi pada diri sendiri dan kepentingan jangka menengah, serta Generasi Y atau milenial yang lebih cenderung egois dan berfokus pada kepentingan jangka pendek. Dalam hal penggunaan teknologi informasi (IT), Generasi Z menggunakan IT secara intuitif karena mereka dibesarkan dalam era teknologi. Sementara itu, Generasi Baby Boomer sangat bergantung pada instruksi dan mungkin hanya menggunakan teknologi atau fitur tertentu pada waktu tertentu. Sebagian besar dari mereka mungkin kesulitan untuk beradaptasi dengan penggunaan IT, meskipun beberapa bersedia mencoba namun mungkin belum sepenuhnya memahami. Dibandingkan dengan Generasi Baby Boomer, Generasi X lebih percaya diri dalam menggunakan IT, sedangkan Generasi Y telah mengintegrasikan IT ke dalam kehidupan sehari-hari mereka (Hastini, 2020).
Pengaruh gawai terhadap perkembangan emosional Gen-Z
Menurut (Wulandari, 2021) Banyak yang belum menyadari bahwa evolusi emosional memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak, karena perubahan emosional dapat memengaruhi perilaku anak di masa depan. Proses perkembangan emosi  terjadi pada masa bayi, prasekolah, dan tahapan perkembangan lainnya. Dampak dari perkembangan emosi dapat bersifat positif maupun negatif bagi anak. Salah satu dampak positifnya merupakan bahwa emosi dapat menjadi bentuk komunikasi anak kepada orang lain.
Dengan demikian, pengaruh lain daripada gawai merupakan rasa kurang peduli terhadap waktu luang yang seharusnya digunakan untuk memperluas wawasan atau pemikiran Gen-Z. Namun sayangnya, Gen-Z lebih cenderung malas-malasan dengan gawai yang hanya untuk digunakan sebagai alat komunikasi atau hanya digunakan untuk bermain game. Bukan hanya game yang dapat menyebabkan Gen-Z atau masyarakat yang lain untuk malas namun media sosial seperti Tiktok, Instagram, Facebook, ataupun X juga dapat menyebabkan  malas. Ketika bermain game atau membuka sosial media Gen-Z pada umumnya tidak bisa mengatur waktu karena disaat bahagia Gen-Z merasa waktu sangat singkat, namun ketika bermain game dan kalah akan menyebabkan emosi sedih atau marah hal tersebut secara otomatis akan memberhentikan Gen-Z untuk bermain game.
Pada saat pandemi Covid-19 gawai sangat dibutuhkan oleh seluruh masyrakat untuk media pembelajaran secara online. Namun, menurut (Kogoya, 2021) Pendidikan online dapat menimbulkan hambatan bagi peserta didik, yang dapat menyebabkan rasa malas dan kejenuhan. Kurangnya pengawasan langsung dari pembimbing akademik juga dapat mempermudah mereka untuk menggunakan gawai secara tidak tepat. Peserta didik dituntut untuk dapat mengatur diri agar dapat melawan rasa malas, kejenuhan, dan godaan untuk bermain gawai. Gawai tentu saja merupakan tantangan dalam pengembangan kemandirian belajar. Tantangan untuk belajar dan menyelesaikan tugas seringkali dihadapi dengan penundaan, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Dampak positif dan negatif gawai terhadap perkembangan emosional Gen-Z.
Menurut (laily, 2021) Penggunaan gawai memiliki dampak positif, terutama dalam aspek kognitif anak yang mampu mengembangkan strategi permainan, mengatur kecepatan bermain, dan membantu meningkatkan kemampuan otak kanan, asalkan orang tua dapat mengawasi anak dengan baik saat bermain gadget. Meskipun demikian, perlu pengaturan dalam penggunaan gadget, seperti menjaga jarak antara mata dan gadget, serta memastikan posisi duduk yang benar, karena radiasi yang dipancarkan dapat merusak jaringan syaraf otak anak jika penggunaan gadget terlalu sering.
Penggunaan gadget tidak hanya terbatas pada orang-orang dengan kepentingan tertentu, melainkan juga telah merambah ke anak usia dini. Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan gadget pada anak usia dini harus diatur dengan cermat, mempertimbangkan waktu dan fungsinya. Anak usia dini sedang mengalami proses perkembangan yang luar biasa, melibatkan enam aspek perkembangan, seperti kognitif, bahasa, fisik motorik, seni, nilai dan moral agama, serta sosial emosional.
Gawai merupakan suatu teknologi yang ada di era modern sekarang dan gawai merupakan suatu alat yang memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif gawai diantaranya sebagai berikut: 1) Komunikasi Jarak Jauh. Gawai, seperti smartphone dan tablet, memungkinkan anggota keluarga dan teman yang terpisah oleh jarak untuk tetap terhubung selama perayaan Gawai. Video call dan pesan instan memungkinkan mereka untuk merayakan bersama secara virtual. 2) Pembagian Informasi dan Foto. Penggunaan gadget memudahkan pembagian informasi terkait perayaan Gawai, seperti jadwal acara, rencana perayaan, dan berbagi foto dan video kebahagiaan ketika ada acara atau festival. 3) Pendukung Kreativitas. Gawai dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan kreativitas dalam merayakan Gawai. Misalnya, penggunaan kamera pada smartphone untuk mengabadikan momen-momen penting atau aplikasi kreatif untuk membuat ucapan dan video spesial. 4) Akses ke Musik dan Hiburan. Gadget memungkinkan akses mudah ke musik dan hiburan yang dapat memperkaya pengalaman perayaan Gawai. Dengan streaming musik dan platform hiburan digital, masyarakat dapat memilih dan mendengarkan musik dan konten hiburan sesuai selera mereka. 5) Pendidikan tentang Budaya. Gawai dapat menjadi kesempatan untuk menggunakan gadget sebagai alat pendidikan tentang budaya. Penggunaan aplikasi edukatif, video dokumenter, dan sumber daya digital lainnya dapat membantu memahami dan memperkaya pemahaman tentang perayaan Gawai. 6) Pemudahan Persiapan dan Perencanaan. Penggunaan gadget dapat mempermudah persiapan dan perencanaan perayaan Gawai. Aplikasi perencanaan acara, platform pembelian online, dan sumber daya digital lainnya dapat digunakan untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan dengan lancar. 7) Promosi Pariwisata Digital. Masyarakat dapat memanfaatkan gadget untuk mempromosikan perayaan Gawai secara digital, menarik wisatawan yang berminat untuk mengikuti festival tersebut. Media sosial, situs web, dan aplikasi pariwisata dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan acara. Penting untuk diingat bahwa penggunaan gadget selama perayaan Gawai harus seimbang dan mendukung tujuan positif perayaan, yakni memperkaya pengalaman budaya dan sosial masyarakat, bukan menggantikan atau mengurangi makna dari perayaan tersebut.
Disamping hal positif tersebut, banyak juga hal negatif dari gawai, Kecanduan gawai membawa banyak dampak negatif seperti terhambatnya stabilitas emosi remaja, yang mana kecerdasan emosional berperan di dalamnya (Fauziyah, 2023). Ketergantungan pada gadget memiliki dampak negatif pada perkembangan anak dan remaja. Individu yang terjebak dalam kecanduan gadget cenderung terlalu terfokus pada perangkat mereka, mengabaikan interaksi dengan lingkungan sekitar, dan dapat mengakibatkan gangguan pola tidur serta penurunan prestasi belajar (Untari, 2021).
Meskipun gadget memberikan banyak manfaat, penggunaan yang berlebihan atau tidak bijak dapat memiliki dampak negatif terhadap kesejahteraan emosional individu. Beberapa dampak negatif gadget terhadap aspek emosional termasuk: 1)Ketergantungan. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan. Individu mungkin merasa cemas atau gelisah jika tidak dapat mengakses gadget mereka. 2)Isolasi Sosial. Meskipun gadget dapat membantu dalam komunikasi, penggunaan yang berlebihan juga dapat menyebabkan isolasi sosial. Individu mungkin lebih suka berinteraksi dengan perangkat daripada berkomunikasi langsung dengan orang lain. 3) Gangguan Tidur. Paparan cahaya biru dari layar gadget dapat mengganggu ritme tidur alami. Penggunaan gadget sebelum tidur dapat menyebabkan sulit tidur atau kualitas tidur yang buruk. 4) Stres dan Kecemasan. Penggunaan gadget yang terlalu intens dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Informasi berlebihan, tekanan sosial, dan tuntutan yang tidak realistis dapat menjadi faktor-faktor yang berkontribusi pada kecemasan. 5) Gangguan Perhatian dan Konsentrasi. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk fokus dan berkonsentrasi. Hal tersebut dapat memengaruhi produktivitas dan kinerja di berbagai aspek kehidupan. 6) Konflik Interpersonal. Gadget dapat menjadi penyebab konflik dalam hubungan interpersonal. Penggunaan gadget selama interaksi langsung dapat membuat orang merasa diabaikan atau kurang dihargai. 7) Kehilangan Waktu Produktif. Banyak waktu yang dapat dihabiskan untuk kegiatan produktif atau bersosialisasi malah digunakan untuk berselancar di media sosial atau bermain game. 8) Over stimulasi Sensorik. Paparan terus-menerus terhadap stimulus dari gadget, seperti suara, gambar, dan pesan, dapat menyebabkan over stimulasi sensorik dan kelelahan mental. 9) Kurangnya Keterlibatan Sosial Langsung. Gadget sering kali menggantikan keterlibatan sosial langsung. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas hubungan sosial dan emosional. 10) Depresi dan Perasaan Tidak Berharga: Pembandingan sosial yang seringkali terjadi di media sosial dapat menyebabkan perasaan tidak berharga, kurangnya kepercayaan diri, dan bahkan depresi pada beberapa individu.
Penting untuk diingat bahwa dampak negatif tidak selalu terjadi pada setiap individu, dan dampak tersebut dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana seseorang menggunakan gadget, jenis kontennya, dan kebutuhan individual. Mengelola penggunaan gadget dengan bijak dan menyadari dampak emosionalnya dapat membantu meminimalkan risiko dampak negatif tersebut.
Upaya peminimalisiran penggunaan gawai terhadap perkembangan emosional Gen-Z.
Perkembangan emosi dan sosial anak usia sekolah memainkan peran krusial dalam membentuk individu yang matang secara emosional, dilengkapi dengan keterampilan sosial yang baik untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut karena pada periode sekarang, anak-anak mulai mengidentifikasi dan mengenali berbagai emosi, dan semakin mereka tumbuh, semakin mampu mereka memahami dan menafsirkan emosi saat berinteraksi dengan orang lain. Meskipun demikian, anak-anak mungkin belum sepenuhnya menyadari cara merasakan dan menginterpretasikan emosi tersebut. Oleh karena itu, mengajarkan anak-anak untuk menerima dan memahami perasaan mereka dapat membimbing mereka menuju perilaku yang tepat.
Pada tahap otonomi rasa malu atau ragu-ragu, anak-anak belajar mengendalikan diri tetapi mungkin masih dipengaruhi oleh pengaruh orang lain. Sedangkan pada tahap inisiatif rasa bersalah, anak-anak mulai memiliki tujuan dan keinginan untuk melakukan tindakan (Hapsari, n.d.). Oleh karena itu, di usia sekarang, anak-anak perlu memiliki banyak kesempatan untuk bertindak mandiri, dan peran orang tua sangat penting dalam membantu mereka membangun rasa percaya diri dan emosi positif.
Orang tua dapat memperkuat emosi positif melalui interaksi langsung dengan anak-anak. Terutama, seorang ibu memiliki peran utama sebagai pengasuh dan pelindung anak-anaknya. Interaksi positif dan keintiman yang dibangun oleh seorang ibu dapat merangsang emosi positif pada anak-anak, menciptakan rasa keamanan dan keandalan. Sebaliknya, jika komunikasi antara orang tua dan anak tidak baik dan lebih banyak memunculkan emosi negatif, hal tersebut dapat memengaruhi perkembangan emosi negatif anak (Surono, 2022).
Orang tua dan anak hidup dalam generasi yang berbeda, dan oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tetap mengikuti perkembangan zaman agar dapat memahami dan mengawasi anak-anak mereka terutama terkait aspek negatif penggunaan gawai. Di era sekarang, kepemilikan gawai telah menjadi hal yang umum. Meskipun memiliki berbagai manfaat, namun gawai juga membawa dampak negatif yang signifikan jika tidak digunakan dengan bijak (Meireza, 2021).
PENUTUP
Kesimpulan dari artikel ini bahwa pengaruh gawai terhadap perkembangan emosional Gen-Z. Gawai merupakan suatu alat komunikasi atau sebagai alat teknologi multifungsi dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada perkembangan emosional Gen-Z apabila gawai digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu tindakan cyber bulliying dan gawai digunakan hanya untuk bermain game yang berlebihan. Gawai dapat menjadi pengaruh positif terhadap perkembangan emosional Gen-Z apabila gawai dijadikan sebagai media pembelajaran dan gawai digunakan dengan sebaik mungkin.
Gen-Z dapat melakukan penggunaan gawai secara baik dengan cara meningkatkan pemikiran secara luas supaya tidak mudah dipengaruhi oleh suatu gawai. Orang tua juga dapat melakukan pencegahan apabila putra atau putrinya berlebihan dalam bermain gawai. Gen-Z sering bermain gawai terdapat dampak negatif apabila mental Gen-Z tidak kuat.
Salah satu dampak kecanduan gawai merupakan gangguan pada perkembangan emosional Gen-Z. Bermain gawai khususnya media sosial dapat menyebabkan kerusakan mental, karena di media sosial banyak yang tidak suka maupun suka. Oleh sebab itu, Gen-Z harus menjaga emosional karena emosi dapat menyebabkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain.
Gawai boleh digunakan sampai kapanpun namun penggunaan terhadap gawai tidak boleh berlebihan karena gawai merupakan suatu teknologi yang multifungsi. Maka, pergunakan gawai dengan baik, jangan sampai gawai menguasai seseorang namun seseoranglah yang harus menguasai gawai secara emosional yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H