Berikut adalah penjelasan tentang makna filosofis dari setiap aksara dalam aksara Jawa (Hanacaraka):
- Ha: "Hana hurip wening suci" (Adanya kehidupan adalah kehendak dari yang Maha Suci)
- Na: "Nur candra, gaib candra, warsitaning candra" (Pengharapan manusia hanya selalu kepada sinar Ilahi)
- Ca: "Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi" (Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
- Ra: "Rasaingsun handulusih" (Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
- Ka: "Karsaningsun memayu hayuning bawana" (Hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)
- Da: "Dumadining dzat kang tanpa winangenan" (Menerima hidup apa adanya/ikhlas)
- Ta: "Tatas, tutus, titis, titi, lan wibawa" (Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup)
- Sa: "Sifat ingsun handulu sifatullah" (Mewujudkan sifat kasih sayang seperti kasih Tuhan)
- Wa: "Wujud hana tan kena kinira" (Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas/tak terkira)
- La: "Lir handaya paseban jati" (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi)
- Pa: "Papan kang tanpa kiblat" (Hakekat Allah yang ada di segala arah)
- Dha: "Dhuwur wekasane endek wiwitane" (Untuk bisa sampai di atas tentu dimulai dari dasar)
- Ja: "Jumbuhing kawula lan Gusti" (Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya)
- Ya: "Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi" (Yakin atas titah/kodrat Ilahi)
- Nya: "Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diwuruki" (Memahami dengan benar kodrat kehidupan)
- Ma: "Madep mantep manembah mring Ilahi" (Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi)
- Ga: "Guru sejati sing muruki" (Belajar pada guru nurani)
- Ba: "Bayu sejati kang andalani" (Menyelaraskan diri pada gerak alam)
- Tha: "Tukul saka niat" (Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan)
- Nga: "Ngracut busananing manungso" (Melepaskan egoisme pribadi manusia).
Secara keseluruhan, aksara Hanacaraka memiliki nilai filosofi bagi masyarakat Jawa, antara lain: (1) Menjaga amanat yang diberikan, (2) Berani berkorban, (3) Jangan bersikap sewenang-wenang, jika memiliki kedudukan.
MODEL DIALEKTIKA HANACARAKA PADA AUDITING PERPAJAKAN
Dalam dunia auditing perpajakan, penggunaan model dialektika Hanacaraka menawarkan pendekatan yang holistik dan bersepadu. Model ini menggabungkan nilai-nilai spiritualitas, kesadaran akan kodrat Tuhan, pertimbangan yang seimbang, dan kesadaran akan kekurangan manusia. Berikut adalah rangkuman dan analisis model dialektika Hanacaraka dalam konteks auditing perpajakan:
Ha Na Ca Ra Ka: Adanya Utusan Tuhan Konsep ini menekankan pentingnya kejujuran, integritas, dan tanggung jawab moral dalam melakukan audit perpajakan. Auditor diharapkan untuk menjalankan tugas mereka dengan penuh kesadaran akan amanah yang diberikan Tuhan.
Da Ta Sa Wa La: Kodrat Tuhan yang Tidak Bisa Diingkari Auditor perpajakan diingatkan untuk menerima bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam proses audit merupakan bagian dari keputusan Tuhan. Keterbatasan manusia dan pemahaman yang terbatas menekankan pentingnya ketelitian dan kesadaran dalam menjalankan tugas audit.
Pa Dha Ja Ya Nya: Pertimbangan dan Berpasangan Model ini menekankan pentingnya pertimbangan yang cermat dan keseimbangan dalam melakukan audit perpajakan. Auditor perpajakan harus mempertimbangkan semua faktor yang relevan dan menjalankan tindakan mereka sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Ma Ga Ba Tha Nga: Manusia yang Memiliki Kekurangan Auditor perpajakan diingatkan akan keterbatasan dan kekurangan manusia. Kesadaran akan hal ini menjadi dorongan untuk terus belajar, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas audit perpajakan.
Dalam praktik audit perpajakan berdasarkan model Hanacaraka, auditor mengadopsi pendekatan yang holistik dan bersepadu dengan mengintegrasikan nilai-nilai spiritualitas dalam setiap langkah audit mereka. Mereka tidak hanya melihat audit sebagai tugas profesional, tetapi juga sebagai panggilan moral yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran akan amanah yang diberikan Tuhan.
Dengan kesadaran akan kodrat Tuhan, auditor memahami bahwa hasil audit merupakan bagian dari keputusan-Nya. Hal ini mendorong mereka untuk tetap rendah hati, berhati-hati, dan teliti dalam setiap langkah audit, karena mereka percaya bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar.
Pertimbangan yang seimbang menjadi prinsip utama dalam model ini. Auditor mempertimbangkan semua faktor yang relevan dengan cermat dan menjalankan tindakan mereka dengan keseimbangan antara kepatuhan pada aturan dan norma yang berlaku serta kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang adil kepada klien. Mereka berusaha untuk tidak hanya menjalankan audit dengan benar secara teknis, tetapi juga dengan keadilan dan empati terhadap kebutuhan klien.