Mohon tunggu...
Fransiskus Frengki Pareira
Fransiskus Frengki Pareira Mohon Tunggu... Lainnya - NIM : 55522120027, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

NIM : 55522120027, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Model Dialektika Hegelien dan Dialektika Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

13 Juni 2024   17:44 Diperbarui: 13 Juni 2024   18:06 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Hegel, tugas filsuf sejarah adalah menemukan rasionalitas dalam sejarah, yaitu menemukan makna dan tujuan dalam keseluruhan proses sejarah. Ia mencoba menjawab pertanyaan apakah sejarah hanyalah rangkaian peristiwa yang saling terkait. Hegel berhipotesis bahwa dalam metode sejarah hanya ada satu tujuan, yaitu bahwa sejarah terjadi dalam proses yang wajar. Dalam filsafat sejarah, pengertian utama adalah budi.

Budi aktif di dua bidang:

Jiwa obyektif: Budi menguasai segala sesuatu dalam realitas objektif, menunjukkan keteraturan sesuai dengan kaidah atau prinsip nasional.

Jiwa subyektif: Bidang kedua di mana budi beroperasi secara internal dalam individu.

Hegel percaya bahwa diskriminasi antara jiwa obyektif dan subyektif terus-menerus berlangsung dalam proses sejarah, bertemu satu sama lain dalam sintesis tertinggi yang disebut jiwa absolut. Ketika tahap spiritual absolut tercapai, sejarah selesai. Sejarah bergerak menuju tujuan ini, di mana kebebasan sejati terjadi dalam keadaan rasionalitas. Dalam keadaan ini, kesadaran diri secara sukarela dipatuhi oleh hukum oleh orang-orang yang menyadari sebagai bagian dari budaya mereka.

Untuk menjelaskan filosofinya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Dialektika Hegel berarti rekonsiliasi atau kompromi yang berlawanan. Proses dialektika selalu mencakup tiga tahap: tesis, antitesis, dan sintesis. Tahap pertama adalah tesis, tahap kedua adalah antitesis yang menentang tesis, dan tahap ketiga adalah sintesis yang menyatukan atau mendamaikan kedua tahap sebelumnya.

Tesis adalah pernyataan atau teori awal yang diajukan sebagai kebenaran. Ini adalah titik awal dalam proses dialektika dan biasanya didukung oleh argumentasi dan bukti yang meyakinkan. Tesis berfungsi sebagai dasar atau premis awal yang kemudian akan diuji dan dianalisis. Dalam contoh sosial, tesis menyatakan bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang optimal karena memberikan hak dan kebebasan yang setara kepada semua individu. Dalam konteks ilmiah, teori evolusi diajukan sebagai penjelasan utama untuk memahami bagaimana spesies berkembang melalui proses seleksi alam.

Antitesis adalah pernyataan atau teori yang menentang tesis. Ini muncul sebagai respons kritis terhadap tesis, menyoroti kelemahan, keterbatasan, atau sudut pandang alternatif. Antitesis bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi validitas dari tesis awal. Dalam contoh sosial, antitesis mengkritik demokrasi dengan menunjukkan potensi masalah seperti ketidakstabilan politik dan proses pengambilan keputusan yang lamban. Dalam konteks ilmiah, teori penciptaan menawarkan perspektif alternatif yang bertentangan dengan teori evolusi, menekankan peran intervensi ilahi dalam asal-usul spesies.

Sintesis adalah proses menggabungkan elemen-elemen dari tesis dan antitesis untuk membentuk kesimpulan baru yang lebih komprehensif. Sintesis bukan hanya sekadar mencampurkan kedua argumen, tetapi lebih kepada menemukan kebenaran yang lebih holistik yang dapat mengakomodasi perspektif yang berlawanan. Sintesis mengakui validitas dari kedua posisi dan berusaha untuk menciptakan solusi atau pandangan yang lebih mendalam dan terintegrasi. Dalam sintesis sosial, solusi yang diusulkan adalah penerapan demokrasi dengan checks and balances yang kuat untuk mengatasi ketidakstabilan dan memastikan efisiensi. Dalam konteks ilmiah, sintesis mengakui bahwa baik teori evolusi maupun gagasan penciptaan dapat memberikan kontribusi yang berharga untuk pemahaman kita tentang asal-usul spesies, dengan menggabungkan aspek biologis dan filosofis atau spiritual.

PENERAPAN DIALEKTIKA HEGELIAN DALAM AUDITING PERPAJAKAN

Dialektika Hegelian dapat diterapkan dalam auditing perpajakan untuk mengembangkan metode yang lebih komprehensif dan efisien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah perpajakan. Proses dialektika Hegelian, yang melibatkan tesis, antitesis, dan sintesis, dapat digunakan untuk menangani berbagai tantangan dan konflik yang muncul dalam auditing perpajakan. Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai penerapan dialektika Hegelian dalam auditing perpajakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun