Model dialektika Hegelian menekankan evolusi proses sejarah dan pengembangan pendekatan audit yang terus berubah untuk mengatasi tantangan dan konflik dalam perpajakan. Metode audit tradisional (tesis) memiliki keterbatasan dan tantangan (antitesis) yang dapat diatasi melalui pengembangan pendekatan yang terintegrasi (sintesis), dengan menggabungkan elemen-elemen dari metode tradisional dengan inovasi teknologi dan kolaborasi internasional.
Sementara itu, model dialektika Hanacaraka menyoroti pentingnya nilai-nilai spiritualitas, kesadaran akan kodrat Tuhan, pertimbangan yang seimbang, dan kesadaran akan kekurangan manusia dalam praktik auditing perpajakan. Setiap aksara dalam aksara Hanacaraka memiliki makna filosofis yang mendalam, yang dapat diterapkan dalam melakukan audit perpajakan dengan integritas, kesadaran akan kebenaran yang lebih besar, dan penilaian yang cermat.
Dengan memahami dan menerapkan kedua model ini dengan tepat, auditor dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas dan transparansi dalam pengelolaan perpajakan, sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan maupun instansi pemerintah dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, T., & Rizki, D. (2020). Memahami Pemikiran Dialektika Hegel, Filsuf Asal Jerman. Diakses dari yoursaysuara.com.
Mure, G. R. G. (1940). An introduction to Hegel (p. 61). Oxford: Clarendon Press.
Zizek, S., & iek, S. (2012). Less than nothing: Hegel and the shadow of dialectical materialism. Verso Books.
Susilo, C. D. I., & Indira, D. (2021, August). FILOSOFI HANACARAKA BAHASA JAWA: SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK. Paper presented at the Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia Makassar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H