Karena topik tulisan ini, penulis memaknainya sebagai bahan refleksi untuk diri sendiri.
Artinya di satu pihak, penulis sudah berdamai dengan pengalaman tersakiti di masa lalu, ketika bersama dengan orang tua.
Namun, di lain pihak, penulis harus mengakui bahwasanya, perihal memaafkan situasi yang tersakiti, benar-benar berat!
Senada dengan frase "Forgive But not Forget."
Forgive But not Forget juga merepresentasikan tingkat 'emotional Intelligence' atau kecerdasan emosional dari setiap generasi Atoni Meto, terlebih dalam berdamai dengan situasi -situasi yang paling menyakitkan di masa lalu.
Memang memaafkan tapi sulit melupakannya adalah dua hal yang akan menjadi teman seperjalanan setiap orang.
Karena kehidupan selalu bertalian erat dengan pengalaman-pengalaman yang paling menyenangkan dan juga pengalaman yang tidak menyenangkan.
Itulah cara hidup, terutama pesan dari kecerdasan emosional Atoin Meto sebagai bahan permenungan dan juga referensi bagi para psikolog, psikiater dan juga pemerhati pendidikan dalam mengembangkan bidang 'Geodemografi' atau studi yang menggambarkan sifat-sifat orang yang tinggal atau berasal dari pulau Timor.
Rawa Buaya, 10 Agustus 2024
Frederikus Suni _ Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Siber Asia.
Blog Pribadi: www.tafenpah.com