Baiklah! Di penggalan larik terakhir dari puisi Kahlil Gibran yang saya kutip di atas adalah soal kepingan selimut cinta dan asa.
Saya merasakan rakyat Inggris, terutama pemain muda The Three Lions (Inggris) sangat terluka dengan kekalahan dari Italia, Senin (12/7/2021).
Rakyat Inggris pasti bertanya, Mengapa mereka harus menanggung sekeping hati, ketika segalanya dipertaruhkan hanya untuk menonton timnas kebanggan mereka di partai final?
Cinta mereka begitu kuat dan kokoh. Seirama cinta Kahlil Gibran kepada wanita Prancis, Lebanon dan Mesir. Aih makin runyam hatiku serasa dicabik oleh angin malam kota metropolitan.
Duri-duri cinta rakyat dan pemain asal Inggris masih belum pergi dari hadapan mereka. Karena momentum itu baru terjadi dua hari yang lalu.
Luka rakyat Inggris dan fans Inggris di seantero planet ini tidak akan hilang begitu saja. Karena Inggris sudah menunggu selama 53 tahun untuk bisa meraih trofi Euro.
Inggris dan Kahlil Gibran Mencoba Melupakan Kehilangan
Kahlil Gibran melalui dunia sastra dan karyanya, ia mengisahkan bagaimana perasaaannya dicabik-cabik oleh patah hati. Sementara Inggris merasakan sayap hati mereka dibawah pergi oleh Italia.
Italia datang ke tanah Inggris hanya untuk meninggalkan duri-duri penyesalan.
Pertanyaan lanjutannya, mungkinkah liga Preimier menjadi obat penenang bagi rakyat Inggris?
Jawabannya bisa saja. Karena sebagai negeri pencipta sepak bola, Inggris akan menggunakan jalur liga domestik untuk membalas (dejavu) rasa sakit hati mereka kepada klub-klub Serie A.
Akan tetapi, klub-klub asal negeri Pizza itu tidak mudah menyerah begitu saja kepada klub asal Inggris.
Perjuangan berdarah-darah pun bakal terjadi di Liga Champions Eropa dan Liga Eropa setiap tahun.