Tentu potretan belis perempuan Sumba Timur akan selalu relevan, sejauh adanya kehidupan. Karena kita tidak pernah tahu, entah dari mana tambatan hati kita ke depan?
Cinta itu adalah buta. Ke mana dia membawa kita, di situlah kita berhak mematenkan dermaga bahtera rumah tangga bersama orang yang kita cinta. Jika berkaca dari ajaran kepercayaanku, kita tidak pernah tahu, tulang rusuk kita berasal dari mana? Budaya apa? Bangsa mana? Dan dari status atau latar belakang keluarga yang seperti apa?
Cinta itu mengalir seperti air. Â Untuk itu, sebelum berpikir untuk mencari jodoh, kita harus memiliki jiwa literasi kebudayaan. Tujuannya adalah kita jangan salah kaprah dengan kebudayaan dari pasangan kita.
Terakhir, wahai sobat, belis perempuan Sumba Timur itu mahal loh. Jangan kamu coba-coba untuk bermain api dengan perempuan Sumba, bila tak mau apinya menyasar kembali ke dalam jantung hatimu.
Salam Bhinek Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H