Aku pun masih mengikuti alur penjelasan dari Santi seputar belis perempuan Sumba Timur. Dan aku kembali melepaskan pertanyaan kepada Santi.
" Hmmm, santi kira-kira belis kamu mahal ngak sih? Sembari kami melepaskan canda tawa yang diwakili oleh pesan emoji dan pesan suara. Dan ingat ini bukan bagian dari modus dari lelaki ya. Melainkan teknik ini adalah bagian dari wawancara yang diajarkan oleh Kang Pepih Nugraha, ketika aku masih mengikuti kursus Jurnalistik di Arkademi.
" Kalau belis aku menyesuaikan dengan belis ibuku. Jawab Santi.
"Kira-kira mahal ngak ya? Hehehe
"Mahal dong Fred. Karena ibuku juga belisnya mahal.
"Ya, ampun nona Sumba.
"Apakah belis perempuan Sumba bisa juga dihitung berdasarkan latar belakang pendidikan ngak?
"Wah, Fred, itu mah akan lenbih malah. Jika perempuan adalah seorang Pegawai Negeri Sipil.
Sejenak aku masih mencari cela untuk kembali merajut perbicangan antara aku dan Santi dalam potretan perempuan Sumba di bawah bayang-bayang belis.
Apa relevansi belis perempuan Sumba Timur bagi pembaca?