Ya, uang itu sangat banyak dan kalau dibuat membangun sekolah dan puskesmas di desa kita, bisa jadi ada ratusan atau bahkan ribuan.
Cak Warno, tetangga sebelah rumah kita, tentu tidak perlu lagi minta surat keterangan tidak mampu dari pak Lurah untuk sekedar berobat ke puskesmas. Karena semua sudah ditanggung pemerintah.
Lik Wati tidak akan menggadaikan sepetak sawah warisan orang tuanya untuk menyekolahkan si sulung yang masuk SMP. Karena semua sudah ditanggung pemerintah.
Memang benar, itu hanyalah khayalanku belaka, sahabatku.
Yang terjadi tidaklah begitu.
Kamu tentu mendengar dari televisi yang dulu kita sering menonton di kelurahan.
Berita soal Adinda. Bocah kecil berumur 5 tahun harus dipasung sang ayah, karena sang ayah harus mengamen untuk belanja sementara di rumah tidak ada siapa-siapa.
Kamu juga mendengar tiga bocah ditinggal sang bunda mencari nafkah selama seminggu dikurung dalam rumah. Tanpa makanan, tanpa penjagaan.
ADIL, mereka tidak punya pilihan hidup karena mereka miskin.
Benar katamu, saya juga percaya bahwa masih banyak adinda-adinda yang tidak terurus , harus meregang nyawa karena kemiskinan orang tuanya.
Lihat saja, di jalan-jalan. Ratusan bahkan ribuan bocah kecil berkelahi dengan waktu dipinggir jalan penuh debu dan sampah.