Secara filosofis, Patola mencirikan corak kulit ular Piton. Bagi masyarakat tradisional Minahasa, ular Piton dianggap sebagai binatang sakral karena keperkasaannya, dan mampu memberi petanda-petanda tentang alam. Sementara untuk motif Pasolangan berupa segi empat dengan lengkung atau ulir dibagian ujung merupakan corak kuno yang menjadi simbol kebesaran para Walian (pendeta, tabib, pemuka agama masyarakat tradisional Minahasa) dan Tonaas (pemimpin perang, tokoh adat masyarakat tradisional Minahasa). Kain Tenun Pinawetengan dikerjakan oleh para penenun di desa Tompaso Minahasa dibawah binaan Ibu Iyarita Mawardi Mamoto.
Penghargaan yang diterima Nek' Lin tersebut telah melalui proses panjang semenjak pengusulan, pengajuan berkas administrasi ke panitia AKI Kemdikbud Ristek RI hingga tahap verifikasi lapangan. Antara lain pada pertengahan Agustus 2023, Tim verifikasi AKI berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Kota Tomohon melakukan kunjungan ke desa Kumelembuai untuk menemui Nek' Lin dan mewawancarainya bersama beberapa tokoh masyarakat, pelaku seni budaya dan pemerintah setempat.
Menjadi harapan kita bersama, semoga penghargaan ini bukan saja menjadi milik yang bersangkutan tetapi merupakan kebanggaan seluruh masyarakat Sulut khususnya pecinta seni budaya Minahasa dengan berbagai sub etnisnya. Penghargaan ini patut dijadikan inspirasi dalam upaya pemajuan kebudayaan, serta dapat dijadikan motivasi oleh para pelaku seni budaya lainnya agar kedepan muncul maestro-maestro seni tradisi Minahasa.
Semoga momentum bersejarah ini, menjadi akhir dari "nyanyi sunyi" seni tradisi Minahasa berangsur-angsur menjadi "nyanyi kita bersama, beramai-ramai" dan dapat menjadi motivasi serta inspirasi generasi digital native (generasi milenial hingga generasi Z) untuk belajar, mengembangkan, melestarikan dan merawat tradisinya masing-masing seperti halnya Nek' Lin dengan caranya yang sederhana.
Tidak kalah penting, peran serta kita sebagai pegiat media sosial, influencer, insan media massa, penulis, pemerhati atau akademisi yang hidup ditengah-tengah masyarakat digital agar terus mendiseminasikan, menyebarkan informasi konten positif seperti apa yang dilakukan Nek' Lin dalam upayanya merawat tradisi dengan caranya sendiri selama bertahun-tahun.
Pa' Katua'an wo Pa' Kalawir'an
Jakarta, 29 Oktober 2023
Freddy Tewu, S.I.Kom. (Pemerhati Seni Budaya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H