Dalam kesempatan itu Nek' Lin bersama Tek' Alexander Morong didukung oleh tim kesenian FSBNT, Kabasaran Kawanua Jakarta dan instrumen Kolintang Sanggar Bapontar dan Ir. Markus Sugi. Tim ini membawakan jenis kesenian Mah'zani atau Marani (bertutur, melantunkan lagu, doa dan ritual) dalam rangkaian tradisi pengobatan tradisional kuno Minahasa (etnis Tombulu), tradisi yang sudah hilang di Minahasa, dengan konsep pertunjukan drama musikal.
Dalam ingatannya mengenai suka duka selama menekuni dunia seni tradisi ini, kesan yang sulit untuk dilupakan yaitu saat bergabung dengan grup Pisok Lengkoan Sonder. Nek' Lin bercerita, mulanya grup ini tidak pernah mau mengikuti perlombaan Maengket, karena menurut pimpinan Pisok Lengkoan Sonder yaitu Hans Palar, bahwa Maengket mereka punya kekhasan tersendiri yang sulit diikuti oleh grup lainnya sehingga tidak sebaiknya dilombakan.
Hal berkesan lainnya adalah ketika Pisok Lengkoan tampil dalam suatu undangan pernikahan di Desa Rambunan Sonder (akhir 1950an). Tiba-tiba pasukan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) memasuki acara perkawinan tersebut dan sempat membuat suasana pesta menjadi tegang dan hening seketika. Pertunjukan Maengket Pisok Lengkoan pun terhenti ditengah jalan, namun beberapa saat kemudian suasana kembali normal ketika seorang pimpinan Permesta mencairkan suasana dan meminta Maengket melanjutkan pertunjukannya.
Hingga di usia senjanya, eksistensi Nek' Lin dalam merawat dan melestarikan seni tradisi bertutur dan melantunkan lagu-lagu rakyat masih terus dilakukannya. Ia bersama dengan teman-temannya yang lebih muda dalam grup Marani Maesaan, kerap menerima berbagai undangan mengisi acara seremonial serta pagelaran seni budaya Tombulu yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan, Pemerintah Kota Tomohon, Balai Pelestari Budaya Provinsi Sulut dan sebagainya.
Selain itu, Nek' Lin juga aktif membagikan pengetahuannya kepada generasi muda khususnya anak-anak dengan penuh rasa sayang dan rendah hati. Dikampung halamannya, Nek Lin menjadi "perpustakaan hidup" oleh anak-anak usia sekolah sebagai tempat mereka bertanya, menggali pengetahuan mengenai seni tradisi bertutur, adat istiadat, bahasa, seni budaya, pesan petuah, dan segala hal mengenai kearifan lokal (local wisdom) warisan leluhur Minahasa lainnya. Bukan hanya itu, Nek Lin juga mewarisi keterampilan pengobatan tradisional (traditional medicine) yang diturunkan dari orang tuanya dan hingga saat ini ia telah banyak membantu mengobati masyarakat di kampung halamannya.
Melihat kerendahan hati, ketekunan, kegigihan, kesabaran dan ketahanan diri yang kokoh, serta segala pengetahuan lokalnya itu, tidaklah berlebihan jika Nek' Lin merupakan gambaran nyata kehidupan sosok perempuan Minahasa yang patut dijadikan contoh dan suri tauladan oleh generasi muda dalam memegang identitas "Keminahasaan" ditengah arus globalisasi kehidupan moderen masyarakat digital sekarang ini, dan yang akan datang.
Pada 27 Oktober 2023, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Makarim menganugerahi penghargaan dalam ajang Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) kepada Nek' Lin bersama-sama dengan Perawat Kebudayaan yang berasal dari berbagai daerah di tanah air dan beberapa Indonesianis, oleh karena jasa dan pengabdian mereka yang luar biasa dalam Pemajuan Kebudayaan Indonesia.
Dalam sambutannya pada malam AKI 2023 yang mengusung tema "Para Perawat Harmoni", Menteri Nadiem Makarim antara lain mengatakan, "Anugerah ini bernilai lebih dari sekadar penghargaan, tetapi menyimpan semangat untuk terus menguatkan kolaborasi dalam upaya kita mengembangkan ekosistem kebudayaan di seluruh Indonesia."
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, M.A., Ph.D., memberikan secara khusus piagam penghargaan kategori Maestro Seni Tradisi kepada Nek' Lin dalam rangkaian AKI malam itu, disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tomohon, dr. Juliana D. Karwur, M.Kes., M.Si.
Secara khusus kepada Nek' Lin, Kadis Dikbud Kota Tomohon, dr. Juliana D. Karwur, M.Kes., M.Si., menyampaikan harapannya agar melalui penghargaan yang diterima ini dapat memotivasi dan menginspirasi generasi muda Minahasa khususnya di Tomohon, agar lebih giat lagi melestarikan dan mengembangkan seni tradisi bertutur Maengket, Mah'zani dan lagu-lagu rakyat.
Pada penampilan di malam Anugerah Kebudayaan Indonesia itu, Nek' Lin mengenakan busana berbahan wastra Tenun Pinawetengan karya perancang busana senior Dimas Mahendra. Tenun Pinawetengan yang dipakai Nek' Lin bermotif Patola dan Pasolangan yang memiliki nilai-nilai filosofis masyarakat tradisional Minahasa.Â