Melalui kegiatan seperti ini, kami belajar bahwa toleransi tidak cukup hanya diajarkan melalui teori di dalam kelas. Toleransi harus dirasakan dan dijalani, seperti bagaimana kami merasakan kehangatan dalam keberagaman di pesantren ini.
Di akhir kegiatan, kami melambaikan tangan kepada para santri dengan rasa haru. Perpisahan itu terasa berat, tetapi kenangan yang kami bawa pulang akan selalu menjadi pengingat bahwa harmoni dalam keberagaman adalah sesuatu yang harus terus diperjuangkan.
Sebagaimana Pancasila menjadi dasar negara kita, keberagaman adalah kekuatan yang harus dijaga dan dirawat. Dan di Pesantren Darul Falah, kami belajar bahwa persahabatan yang dibangun dalam keberagaman adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga persatuan bangsa.
Akhir
Ekskursi ke Pesantren Darul Falah bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin. Melalui pengalaman ini, kami belajar bahwa keberagaman bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi dirangkul. Dalam keberagaman, kita menemukan kekuatan untuk bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik.
Seperti yang pernah diucapkan oleh Nelson Mandela:
"Jika Anda berbicara kepada seseorang dalam bahasa yang ia pahami, itu masuk ke kepalanya. Jika Anda berbicara dalam bahasa hatinya, itu masuk ke dalam jiwanya."
Dan di sini, kami belajar berbicara dalam bahasa hati---bahasa universal kemanusiaan. Dengan hati yang terbuka, kami melukis harmoni di kanvas keberagaman, menciptakan sebuah cerita yang akan kami kenang sepanjang hayat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H