Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Dato
Fransiskus Xaverius Dato Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

bermain musik, mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melukis Harmoni di Kanvas Keberagaman

16 November 2024   09:59 Diperbarui: 16 November 2024   10:07 2793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Folder gambar Ekskursi 2024/dok. pri

Namun, di balik keceriaan tersebut, ada juga rasa hormat yang lahir dari memahami perjuangan para santri. Di balik senyum mereka, ada usaha keras untuk menghafal kitab suci, menyeimbangkan tugas belajar, dan membantu kegiatan sehari-hari pesantren. Keikhlasan mereka mengajarkan kami bahwa kesederhanaan tidak pernah menjadi hambatan untuk meraih mimpi.

Menemukan Titik Temu

Dalam tiga hari singkat itu, kami menyadari bahwa perjumpaan ini lebih dari sekadar pengalaman fisik; ini adalah perjalanan hati. Kami belajar bahwa toleransi bukan hanya soal menghormati perbedaan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling memperkaya.

Sebagaimana yang ditulis oleh antropolog Clifford Geertz:
"Peradaban manusia tidak akan mungkin berkembang tanpa keanekaragaman."
Kehidupan di Pesantren Darul Falah menjadi miniatur kecil Indonesia---tempat di mana perbedaan melebur menjadi satu kesatuan yang harmonis.

Miniatur ini semakin terasa ketika kami melakukan kegiatan bersama seperti olahraga dan permainan tradisional. Dalam momen-momen sederhana itu, kami tertawa bersama, saling mendukung, dan tanpa sadar membangun persahabatan yang melampaui sekat-sekat identitas.

Memetik Hikmah

Pengalaman ini menjadi pengingat betapa pentingnya ruang-ruang perjumpaan dalam membangun bangsa. Tanpa interaksi langsung, prasangka sering kali tumbuh subur. Sebaliknya, dengan bertemu dan berdialog, kita dapat memahami bahwa perbedaan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk belajar dan berkembang.

Salah satu kegiatan yang paling membekas adalah sesi berbagi cerita. Dalam lingkaran kecil, kami mendengar cerita hidup dari para santri---bagaimana mereka menempuh perjalanan jauh untuk menimba ilmu, meninggalkan keluarga demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Cerita-cerita ini membuka mata kami bahwa pendidikan adalah perjuangan, bukan sesuatu yang bisa diterima begitu saja.

Sebagaimana para santri mengajarkan kami tentang makna hidup sederhana dan penuh rasa syukur, kami pun berbagi cerita tentang kehidupan kota yang serba cepat. Di tengah tawa dan canda, kami menyadari bahwa meski latar belakang kami berbeda, nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi pengikat yang kuat.

Masa Depan Ada di Tangan Kita

Ekskursi ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menyiapkan generasi muda untuk hidup dalam dunia yang semakin beragam. Di tengah derasnya arus teknologi yang sering memisahkan kita secara emosional, perjumpaan fisik menjadi penyeimbang yang penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun