Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Manajemen Samaritan: Hukum Kasih Tanpa Batas Identitas

6 November 2022   19:11 Diperbarui: 6 November 2022   19:42 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Bapak berusaha mendekati si anjing, rupanya ia memahami sedikit karakter si anjing. Ia mengelus-elus kepala si anjing yang memberontak tersebut sambil merayunya. Sampai akhirnya si anjing tenang dan diam kembali. Saat itulah si Bapak melepaskan kayu dan kawat yang mengikat si anjing. Dan akhirnya si anjing selamat.

SANG GURU BIJAK DALAM PERTANYAAN JEBAKAN TENTANG KASIH

 

Ketika Sang Guru Bijak -- Yesus - mengajar, seperti biasanya IA ditanyai para Ahli Kitab yang selalu memposisikan diri sebagai lawanNya atau lebih tepatnya para pengkritikNya: Apa yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?

Sang Guru Bijak tidak langsung menjawab , malah balik bertanya: Apa yang kalian baca dalam hukum Taurat? Merekapun menjawab dengan lugas, cepat dan tepat:

  • Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan dengan segenap akal budimu.
  • Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Mendengar itu Sang Guru Bijak memuji kebenaran jawaban si ahli Kitab. Dan berkata: "Benar sekali jawabmu itu. Sekarang buatlah seperti itu maka engkau akan hidup!"

Eh dasar si pengkritik sejati bukannya pergi dengan gembira karena bisa menjawab pertanyaan Yesus, Sang Guru  Bijak, malah balik 'bertanya'. Pertanyaan yang diajukannya pun luar biasa cerdas menjebak: "Siapakah sesamaku manusia?"

Sekali lagi Sang Guru tidak langsung menjawab, malah bercerita yang inti ceritanya adalah sebagai berikut:

  • Ada seorang umat pilihan Allah (orang Yahudi) turun dari Yerusalem ke Yeriko,
  • Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun.
  • Para penyamun merampoknya habis-habisan.
  • Para perampok memukulnya sampai hampir mati.
  • Setelah puas menganiaya, para perampok meninggalkannya.
  • Si orang Yahudi tadi sungguh tidak berdaya.
  • Si orang Yahudi itu sampai tidak bisa berdiri.
  • Datang seorang Imam Yahudi lewat di jalan tadi.
  • Si imam melihat sang korban,
  • Tetapi melewatinya dari seberang jalan.
  • Yang kedua datang seorang Lewi.
  • Orang Lewi itu melihat sang korban,
  • Orang Lewi itu melewatinya dari seberang jalan ,
  • Kemudian datang seorang Samaria (bangsa kafir/berdosa, musuh orang Yahudi)
  • Orang Samaria itu dalam perjalanan,
  • Orang Samaria itu tergerak harinya oleh belas kasih,
  • Ia datang mendekat umtuk menolongnya
  • Ia membalut luka-luka si korban,
  • Ia menyirami dengan anggur (obat yang ada),
  • Ia menaikkan si korban ke atas keledai tunggangannya
  • Ia membawa ke tempat penginapan dan merawatnya.
  • Keesokan harinya ia membayar biaya sewa dan perawataan sampai sembuh
  • Pesannya : rawatlah dia, jika ada biaya tambahan akan aku bayar nanti,
  • Lalu Yesus bertanya: siapakah sesamamu manusia dari orang Yahudi tadi?
  • Si ahli kitab langsung menjawab: orang Samaria Itu. Dan jawab Tuhan, Sang Guru Bijak: PERGILAH DAN LAKUKANLAH ITU!

Manajemen Samaritan bisa diartikan sebagai cara bertindak dan bersikap sesuai dengan ajaran kasih. Artinya bahwa kasih tidak boleh di sekat-sekat oleh berbagai dinding. Misalnya dinding agama dan rumah ibadatnya, dinding adat dan awik-awiknya, serta aneka dinding primordial lainnya.

Manajemen Samaritan adalah perilaku orang terbuang tapi tidak pendendam, mereka bangkit ketika dibutuhkan. Mereka pergi ketika diusir. Mereka diam di luar lapangan ketika tidak dibutuhkan. Mereka sadar akan dirinya, sehingga kemandirian dan kerja keras dan kerja cerdas adalah hidup dan jiwanya.

Prinsip inilah yang dibutuhkan ketika mau keluar dari seluruh persoalan hidup kita. Ketika kita terpuruk biasanya orang-orang yang selama ini dibantu atau ditolong akan lari sembunyi entah kemana. Bahkan ketika kita berusaha bangkit, tidak ada yang mengulurkan tangannya. Saat inilah akan muncul Tangan Tuhan yang terkadang tidak kita lihat. Tangan itu terus mendekati kita, namun seringkali kita tidak perhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun