HUKUM KASIH TANPA BATAS IDENTITAS
PESAN BIJAK DARI SANG GURU UNTUK SEMUA (4)
OLEH FRANSISCO XAVERIUS FERNANDEZ
Â
KISAH ANJING TERBELENGGU KAWAT KEMATIAN
Dalam suatu tayangan video di gadgetku tampak seekor anjing yang diikat oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Leher dan kakinya diikat kawat dengan ketat sehingga tidak mungkin si anjing akan melepaskan diri. Belum lagi ada sebatang kayu yang di letakkan di kaki si anjing yang terhubung langsung dengan kawat ke leher, sehingga makin tidak mungkin lagi si anjing tersebut terbebas dari kawat tersebut.
Yang ada malah si anjing semakin bergerak semakin ketat ikatan kawat di lehernya. Banyak yang lalu lalang hanya melihat dan berlalu. Tampak wajah-wajah kasihan, tapi tidak berani (atau tidak bisa atau tidak mau) membantu si anjing. Mungkin di antara yang lewat ada yang mengatakan dalam hatinya: "Hanya seekor anjing!"
Namun di antara keputusasaan si anjing yang terus berusaha melepaskan diri tersebut, tiba-tiba datang seorang Bapak. Jika dilihat dari keluarga si Bapak dapat dipastikan mereka keluarga Muslim.
Si Bapak berusaha mendekati si anjing, rupanya ia memahami sedikit karakter si anjing. Ia mengelus-elus kepala si anjing yang memberontak tersebut sambil merayunya. Sampai akhirnya si anjing tenang dan diam kembali. Saat itulah si Bapak melepaskan kayu dan kawat yang mengikat si anjing. Dan akhirnya si anjing selamat.
SANG GURU BIJAK DALAM PERTANYAAN JEBAKAN TENTANG KASIH
Â
Ketika Sang Guru Bijak -- Yesus - mengajar, seperti biasanya IA ditanyai para Ahli Kitab yang selalu memposisikan diri sebagai lawanNya atau lebih tepatnya para pengkritikNya: Apa yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?
Sang Guru Bijak tidak langsung menjawab , malah balik bertanya: Apa yang kalian baca dalam hukum Taurat? Merekapun menjawab dengan lugas, cepat dan tepat:
- Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan dengan segenap akal budimu.
- Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mendengar itu Sang Guru Bijak memuji kebenaran jawaban si ahli Kitab. Dan berkata: "Benar sekali jawabmu itu. Sekarang buatlah seperti itu maka engkau akan hidup!"
Eh dasar si pengkritik sejati bukannya pergi dengan gembira karena bisa menjawab pertanyaan Yesus, Sang Guru  Bijak, malah balik 'bertanya'. Pertanyaan yang diajukannya pun luar biasa cerdas menjebak: "Siapakah sesamaku manusia?"
Sekali lagi Sang Guru tidak langsung menjawab, malah bercerita yang inti ceritanya adalah sebagai berikut:
- Ada seorang umat pilihan Allah (orang Yahudi) turun dari Yerusalem ke Yeriko,
- Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun.
- Para penyamun merampoknya habis-habisan.
- Para perampok memukulnya sampai hampir mati.
- Setelah puas menganiaya, para perampok meninggalkannya.
- Si orang Yahudi tadi sungguh tidak berdaya.
- Si orang Yahudi itu sampai tidak bisa berdiri.
- Datang seorang Imam Yahudi lewat di jalan tadi.
- Si imam melihat sang korban,
- Tetapi melewatinya dari seberang jalan.
- Yang kedua datang seorang Lewi.
- Orang Lewi itu melihat sang korban,
- Orang Lewi itu melewatinya dari seberang jalan ,
- Kemudian datang seorang Samaria (bangsa kafir/berdosa, musuh orang Yahudi)
- Orang Samaria itu dalam perjalanan,
- Orang Samaria itu tergerak harinya oleh belas kasih,
- Ia datang mendekat umtuk menolongnya
- Ia membalut luka-luka si korban,
- Ia menyirami dengan anggur (obat yang ada),
- Ia menaikkan si korban ke atas keledai tunggangannya
- Ia membawa ke tempat penginapan dan merawatnya.
- Keesokan harinya ia membayar biaya sewa dan perawataan sampai sembuh
- Pesannya : rawatlah dia, jika ada biaya tambahan akan aku bayar nanti,
- Lalu Yesus bertanya: siapakah sesamamu manusia dari orang Yahudi tadi?
- Si ahli kitab langsung menjawab: orang Samaria Itu. Dan jawab Tuhan, Sang Guru Bijak: PERGILAH DAN LAKUKANLAH ITU!
Manajemen Samaritan bisa diartikan sebagai cara bertindak dan bersikap sesuai dengan ajaran kasih. Artinya bahwa kasih tidak boleh di sekat-sekat oleh berbagai dinding. Misalnya dinding agama dan rumah ibadatnya, dinding adat dan awik-awiknya, serta aneka dinding primordial lainnya.
Manajemen Samaritan adalah perilaku orang terbuang tapi tidak pendendam, mereka bangkit ketika dibutuhkan. Mereka pergi ketika diusir. Mereka diam di luar lapangan ketika tidak dibutuhkan. Mereka sadar akan dirinya, sehingga kemandirian dan kerja keras dan kerja cerdas adalah hidup dan jiwanya.
Prinsip inilah yang dibutuhkan ketika mau keluar dari seluruh persoalan hidup kita. Ketika kita terpuruk biasanya orang-orang yang selama ini dibantu atau ditolong akan lari sembunyi entah kemana. Bahkan ketika kita berusaha bangkit, tidak ada yang mengulurkan tangannya. Saat inilah akan muncul Tangan Tuhan yang terkadang tidak kita lihat. Tangan itu terus mendekati kita, namun seringkali kita tidak perhatikan.
Alasan yang selalu kita ungkapkan:
Tuhan, yang dibutuhkan uang cash sekarang untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo!
Tuhan , yang kami butuhkan suami/istri yang ada saat ini yang memberikanku pelukan!
Tuhan, yang kami butuhkan keadilan sekarang dan saat ini terhadap kasus saya ini bukan nanti atau menunggu uang untuk mendukung pembuktian!
Dan masih banyak lagi.
CARA KERJA MANAJEMEN SAMARITAN
1. Percaya Sepenuhnya pada Kekuatan dan Karunia Tuhan
Iman adalah kata kuncinya. Dikatakan bahwa di kala tidak ada jalan, maka Tuhan akan membuka jalanNya. Di kala gelap gulita melanda hidupmu, maka Tuhan akan memberikan cahayanya. Hanya waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita, saat Tuhan tidak sama dengan saat kita. Cara Tuhan tidak sama dengan cara yang kita inginkan.
Biarkan saja Tuhan yang bekerja. Kami sudah membuktikan, bahwa kami sampai dipermalukan oleh para penagih hutang kami yang memang sudah jatuh tempo. Kami di tagih dari berbagai sisi: ketemu langsung, melalui wa, melalui telpon dan sebagainya.
Bahkan kami hampir saja takut ke sekolah atau ke kantor. Takut bertemu dengan mereka yang selalu 'mengingatkan' hutang kami. Kami terus menangis dalam doa. Kami bukannya mau lari, namun karena semua usaha kami tidak jalan malah meninggalkan banyak hutang sebagai salah satu penyebab semua ini.
Namun di saat seperti itu, tiba-tiba ada saja teman kami yang membantu. Semua di berikan secara murni tanpa bunga. Bahkan kami tidak menduga ada sisa tabungan kami, atau ada bonus lainnya.
Akhirnya kami sedikit demi sedikit bisa keluar dari beban tiap bulan ini . salah satunya adalah bagaimana memanfaat cara positif misalnya berjualan dari kecil, memanfaatkan penawaran tidak terduga misalnya les privat. Dan berbagai bisnis lainnya.
Itulah saat Tuhan penuh misteri
2. Jangan Terlalu Berharap Pada Manusia Tetapi Tetap Menghargainya
Ketika masalah menimpamu, maka jangan pernah berharap pada manusia untuk menolongmu. Itulah yang dikatakan Tuhan kepada kita semua. Dan itu sudah menjadi pengalaman hidup kami.
Namun selalu berharap kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang membantu kita melalui orang-orang yang Tuhan gerakkan untuk menolong kita. Banyak kisah yang menginspirasikan kita tentang hal ini.
Kami adalah salah satunya. Ketika sudah tidak ada harapan lagi, padahal anak kami akan berangkat kerja ke luar negeri. Semua sudah selesai, hanya dibutuhkan biaya terakhir saat itu. Namun uang sudah tidak ada. Kami menangis benar-benar di hadapan Tuhan dalam doa.
Besoknya adikku bertanya tentang hal ini, karena memang kami sering shering mengenai anak-anak kami. Namun kami tidak berani minta bantuan kepadanya karena memang adikku agak cerewet. Namun tiba-tiba ia bilang : "Ayo ke rumah!" Puji Tuhan! akhirnya anakku kini bekerja di luar negeri dan ada satu yang kuliah di luar negeri juga. Tinggal si bungsu yang masih di SMK, semoga ia juga bisa mengikuti jejak kakak-kakaknya.
3. Manfaatkan Kesempatan Berbagi Kepada Sesama
Walaupun kami belum bisa di sebut 'kaya' secara harta, namun kami terus berusaha bisa berbagi. Karena kesempatan berbagi kepada sesama tidak selama bisa di dapatkan. Sama halnya ketika ada orang yang ingin berbagi kepada kita, terima saja pemberian mereka karena mungkin itu adalah kesempatan terakhir mereka bisa berbagi.
Namun jangan pernah berharap bahwa mereka kelak akan membalasnya. Itu tidak boleh ada dalam manajemen Samaritan.
Belajar pada orang Samaria pada kisah Sang Guru Bijak di atas, kita melihat bahwa si orang Yahudi korban perampokan sama sekali tidak mengenal orang Samaria tadi. Si Yahudi tahunya orang Samaria adalah bangsa kafir, bangsa najis, harus di jauhi karena mereka adalah musuh atau bangsa buruk perilakunya.
Tapi si Samaria kebalikannya. Walaupun tidak kenal tapi ia tahu bahwa si Yahudi yang menganggap mereka musuh adalah manusia yang perlu ditolong. Ya di tolong saja, bahkan setelah di rawat , ia juga menyewakan tempat tinggal sementara sambil minta di rawat. Nanti kalau sudah sembuh, silahkan pulang, dan lupakan. Untuk biaya biar menagih ke saya. Seperti itu konsep yang ada dalam diri si Samaria.
BAGAIMANA DENGAN REALITAS SEKARANG?
Â
Dunia sekarang harus belajar dari orang Samaria tadi, menolong tanpa perlu di lihat atau mengharapkan balasan. Membantu tidak perlu melihat latar belakang identitas orang lain.
Dalam hidup kenegaraan dan kebangsaan, seharusnya pemimpin publik tidak perlu dilihat latar belakang identitas calonnya. Yang perlu dilihat adalah kemampuannya memimpin, prestasinya, dan kejujuran atau ketulusannya.
Teladan salah satu sekolah Katolik di Flores yang memiliki Ketua OSIS dari Muslim. Ketua Panitia Lomba Paduan Suara Katolik di Kupang NTT tahun 2022 dari Mantan Ketua MUI NTT, dan Wali Kota Solo dari Katolik adalah beberapa contoh bahwa pemimpin dipilih dari prestasi bukan dari identitas keagamaan seseorang.
Jauhkan Indonesia dari Politik Identitas!
====
Praya, 06 November 2022
Salam damai sejahtera dari Pulau jalan Lurus -- Lombok
Pesan Sehat, Sukses dan Bahagia dari Opa Sisco
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H