Karena profesor yang menggagas RTG PAT ini berasal dari ilmu komputer, sekitar sebagian peneliti berasal dari fakultas tersebut. Sisanya, dari segi hukum, sosiologi, psikologi, sistem informasi, ekonomi.
Misalnya, saya dari psikologi edukasi meneliti bagaimana kepercayaan (trust) pada sistem teknologi digital bertahan terlepas adanya kesalahan sistem. Terdapat kebebasan yang cukup besar dalam menentukan topik, asalkan sesuai dengan topik RTG dan departemen yang menaungi.
Banyak keuntungan yang saya rasakan, terutama dari segi pengembagnan diri. Sistem PhD yang terstruktur menjamin Berbagai acara ilmiah diadakan, misalnya seminar tentang praktik penelitian terkini seperti Open Science atau Research Data Management.
Hampir setiap minggu terdapat presentasi dari mahasiswa atau peneliti dari universitas dan institut lain, juga dari luar Jerman, misalnya Swiss, USA, Italia. Sebagai kandidat PhD, penting untuk melatih presentasi di depan peneliti lain, juga dari peneliti dari disiplin yang berbeda.
Hingga saat ini, jujur masih sedikit menakutkan bagi saya untuk melakukannya, tetapi perasaan ini semakin berkurang dengan jam terbang. Pertanyaan yang saya dapatkan bukan untuk menantang atau memojokkan, tetapi biasanya audience benar-benar tertarik, dan hal ini menjadi masukkan berharga bagi saya untuk melihat penelitian dari sudut pandang di luar bidang saya atau non-psikologi. Sebaliknya, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk mengkritisi penelitian-penelitian yang dilakukan peneliti atau profesor lain.
Selain itu, terdapat event tahunan atau Retreat dimana terdapat keynote speaker atau pembicara dari universitas lain. Di event penutupan RTG lalu, bahkan terdapat politikus yang bergerak di pembuatan hukum terkait privasi dan kepercayaan di parlemen Uni-Eropa. Terdapat juga pengembangan softskill khusus untuk penelitian perempuan. Di Jerman, kesetaran gender didanai secara khusus karena peneliti perempuan masih mengalami kerugian akibat sistem patriarki.
Karena senang travelling, bagian paling menyenangkan adalah ekskursi ke tempat-tempat menarik dan penting di Jerman dan bahkan negara lain; seperti Parlemen Uni-Eropa, dan pabrik kamera Jerman ternama Leica di Wetzlar. Karena bagian dari seminar atau konferensi, semua dibiayai oleh pihak RTG.
Tantangan & Kesulitan
S3 di Jerman tentu tidak hanya memiliki sisi positif. Seperti kutipan dari film Spiderman: “With great power comes great responsibility”, setiap gelar akademik menuntut tanggung jawab dari pemegangnya .
1. Bertransisi dari mahasiswa yang awalnya bertanggung jawab hanya pada diri sendiri, rasanya berat tiba-tiba dapat menggunakan uang negara, apalagi bukan negara saya, guna menjalankan penelitian yang pantas diteliti. Dari segi psikologis, tentu menempuh S3 memicu Tingkat stress yang tinggi: kandidat doktor tentu perlu berkontribusi di dunia akademia dengan publikasi ilmiah di jurnal atau konferensi ternama. Hal ini tidak mudah , tidak heran bahwa kebanyakan kandidat doktor menyerah dan drop out pada akhirnya.
2. Terlepas dari stres akademik, menyesuaikan diri dengan budaya individualis di Jerman dari negeri kolektivis termasuk sulit. Jauh dari keluarga dan teman-teman, iklim yang dingin , bahasa Jerman yang terkenal sulit, dan sebagainya . Setelah bertahun-tahun, banyak orang yang masih berjuang menyesuaikan diri. Sudah banyak diaspora Indonesia lain yang menulis atau nge-vlog tentang hal ini, dan saya pun tidak terlepas dari hal itu. Maka cukup saya kutip sebuah lelucon anonim di internet „Kuliah di luar negeri tidak akan menyelesaikan masalah hidup kita".