Juga oleh banyak Kompasianer lain seperti Mbak Hennie di sini dan Mbak Iin di sini.
Maka tidak akan saya ulas lagi.
Salah satu keunggulan dari segi sains adalah banyaknya jurusan-jurusan spesifik untik S2, sehingga kita berkesempatan mempelajari ilmu yang belum ada secara formal di Indonesia. Salah satunya Cognitive Science.
Saya berhasil mendapatkan „beasiswa“ – dengan tanda kutip karena mengharuskan awardee (penerima beasiswa) kembali ke tanah air paling lambat 2 tahun setelah mendapatkan gelar pendidikan. JIka tidak, uang “Beasiswa” itu harus dibayarkan kembali ke lembaga yang menyediakannya.
S3 : Dibayar di Jerman
Setiap bicara dengan orang-orang dari luar Eropa Barat, mereka sering terkejut dengan fakta bahwa mahasiswa S3 (PhDs) di Jerman (juga di banyak negara Eropa Barat lainnya) digaji sebagai karyawan di Universitas.
Maka, lowongan mahasiswa S3 bertebaran di Internet, dan bahkan professor sering kesulitan mencari kandidat yang bagus. Salah satu query yang dapat digunakan di mesin pencari adalah “jobstelle wissenschaftlicher mitarbeiter“ atau lowongan kerja untuk „pekerja ilmu pengetahuan“- sebutan untuk mahasiswa doctoral atau Post-Doc (Penerima gelar Doktor yang ingin lanjut meneliti lagi).
Proses aplikasi seperti pencari kerja lainnya, biasanya dibutuhkan CV, juga tulisan sebelumnya seperti tesis atau skripsi. Kemudian ada wawancara dengan professor pembimbing dan kolega kerja.
Hal ini mungkin mengejutkan bagi orang Indonesia, dimana jika ingin S3 harus antri dan mendapat banyak kesulitan, kadang dari kolega sendiri seperti dikutip dari dari sini.
Namun, S3 di Jerman juga memiliki risiko sendiri, seperti gaji yang lebih rendah dibanding di perusahaan, dan ketidakpastian pekerjaan setelah S3. Kalaupun mendapat pekerjaan, sang doktor harus berpindah kota atau bahkan negara. Mobilitas itu penting di karier akademia. Bahkan, beredar anggapan di kalangan orang Jerman sendiri bahwa mendapat pekerjaan tetap lebih mudah di luar negeri (misalnya USA) daripada di Jerman.
S3 dengan Research Training Group (RTG)
Setelah lulus S2, tentu saya ingin melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan S2 saya. Setelah berbulan-bulan mencari pekerjaan lewat Internet dan tanpa vitamin B (Bekannte atau kenalan-sebutan untuk mendapatkan pekerjaan melalui kenalan)
Kebetulan, di internet saya menemukan iklan tentang posisi S3 yang cocok dengan later belakang dan minat saya. Langsung saya melamar, melewati tahap seleksi berupa seleksi dokumen (CV, motivation letter, surat rekomendasi dari dosen sebelumnya, skripsi dan tesis), dan dua kali wawancara.