Masyarakat perlu memahami bahwa media sosial hanyalah alat, dan cara kita menggunakannya menentukan apakah alat tersebut akan menjadi berkat atau bencana. Dalam konteks ini, pendidikan literasi digital menjadi sangat penting. Literasi digital tidak hanya mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi, tetapi juga membantu individu memahami dampaknya terhadap kesehatan mental, serta cara mengelola tekanan yang muncul.
Selain itu, hubungan yang lebih kuat dengan dunia nyata juga perlu dibangun kembali. Aktivitas offline, seperti olahraga, seni, atau bahkan sekadar berbincang dengan keluarga, dapat menjadi pelipur lara dari tekanan dunia maya. Dengan mengurangi waktu layar dan meningkatkan waktu untuk interaksi nyata, seseorang dapat menemukan kembali keseimbangan yang hilang.
Kesimpulan
Media sosial adalah inovasi yang luar biasa. Ia membuka pintu untuk peluang baru, mempertemukan orang-orang dari berbagai belahan dunia, dan memungkinkan setiap orang untuk berbagi cerita. Namun, seperti pedang bermata dua, media sosial juga memiliki sisi gelap yang perlu diwaspadai. Gen Z, yang tumbuh bersamanya, menghadapi tantangan besar untuk menjaga kesehatan mental di tengah derasnya arus informasi dan tekanan sosial.
Depresi yang dialami oleh 70% dari generasi ini adalah panggilan bagi kita semua untuk memperhatikan bagaimana teknologi memengaruhi kehidupan kita. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, serta mengambil langkah untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan teknologi, kita dapat membantu generasi ini menemukan kebahagiaan yang lebih sejati, tidak hanya di dunia maya tetapi juga di dunia nyata. Media sosial bukanlah musuh, tetapi bagaimana kita menggunakannya menentukan apakah ia akan menjadi teman atau lawan dalam perjalanan hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H