Informasi Berlebihan dan Dampaknya
Dalam era digital, informasi mengalir tanpa henti. Gen Z, yang tumbuh bersama ponsel pintar, terpapar ribuan konten setiap harinya, mulai dari berita terkini hingga konten viral yang bersifat hiburan. Namun, kebebasan informasi ini juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan. Paparan berita negatif, hoaks, atau konten yang memicu ketakutan, seperti teori konspirasi, menciptakan tekanan emosional yang besar.
Fenomena "doomscrolling," atau kebiasaan menggulir layar tanpa henti untuk membaca berita buruk, semakin memperburuk suasana hati dan meningkatkan tingkat kecemasan. Selama pandemi COVID-19, kebiasaan ini menjadi semakin umum, terutama di kalangan anak muda. Mereka merasa harus terus mengikuti perkembangan terbaru, tetapi di saat yang sama, berita yang mereka konsumsi justru membawa dampak buruk bagi kesehatan mental mereka.
Gangguan Ritme Kehidupan
Media sosial bukan hanya mengubah cara Gen Z berinteraksi, tetapi juga mengganggu ritme kehidupan mereka. Salah satu dampak yang paling nyata adalah terganggunya pola tidur. Banyak anak muda menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial hingga larut malam, tanpa menyadari efek jangka panjangnya. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Sleep Medicine Reviews menemukan bahwa penggunaan ponsel sebelum tidur dapat mengurangi kualitas tidur secara signifikan. Kekurangan tidur tidak hanya memengaruhi kemampuan kognitif, tetapi juga meningkatkan risiko depresi dan gangguan suasana hati.
Lebih jauh lagi, waktu yang dihabiskan di media sosial sering kali mengurangi waktu untuk aktivitas yang lebih bermakna, seperti berolahraga, membaca, atau sekadar menikmati waktu bersama keluarga. Ketidakseimbangan ini menciptakan kehidupan yang serba digital, tetapi miskin pengalaman nyata yang mendukung perkembangan emosional.
Mengapa Gen Z Rentan?
Gen Z menghadapi tantangan unik yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya. Mereka lahir di era di mana internet dan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Teknologi ini bukan lagi alat, tetapi menjadi lingkungan tempat mereka bertumbuh. Hal ini membuat batas antara dunia maya dan dunia nyata semakin kabur.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z kurang memiliki contoh atau panduan tentang bagaimana menggunakan media sosial secara bijak. Generasi sebelumnya mungkin lebih melihat media sosial sebagai hiburan, sementara bagi Gen Z, media sosial adalah alat utama untuk bersosialisasi, belajar, dan mengekspresikan diri. Ketergantungan ini membuat mereka lebih rentan terhadap efek negatif yang ditimbulkan.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Masalah Ini?
Meskipun dampaknya terlihat mengkhawatirkan, masalah ini bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Perubahan dimulai dari kesadaran, baik dari individu itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan sosial yang lebih luas.