Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Miris! Job Fair di Jadikan Sebagai Ladang Bisnis?

2 Desember 2024   09:49 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:22 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Job Fair. (KOMPAS.COM/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Menurut data dari survei salah satu komunitas pencari kerja di Indonesia, sekitar 65% peserta job fair merasa tidak puas dengan acara yang mereka ikuti. Rata-rata mereka menyebutkan bahwa perusahaan yang hadir tidak sesuai dengan ekspektasi, dan hanya sedikit dari mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan melalui job fair.

Salah satu contoh nyata terjadi pada sebuah job fair besar di Jakarta. Dalam acara tersebut, penyelenggara menjanjikan kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional. Namun, saat hari H, sebagian besar perusahaan yang hadir adalah perusahaan kecil yang menawarkan posisi sales door-to-door. Akibatnya, banyak peserta yang merasa tertipu dan meminta refund, meskipun tidak berhasil.

Solusi untuk Mengembalikan Esensi Job Fair

  1. Transparansi dari Penyelenggara
    Penyelenggara harus memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang perusahaan peserta, jenis pekerjaan yang ditawarkan, serta jumlah lowongan yang tersedia. Hal ini penting agar pencari kerja memiliki gambaran yang realistis sebelum menghadiri acara tersebut.

  2. Pengawasan Ketat dari Pemerintah
    Pemerintah, melalui dinas tenaga kerja, perlu mengawasi dan mengatur pelaksanaan job fair. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah memberikan lisensi kepada penyelenggara job fair yang memenuhi standar kualitas tertentu. Dengan begitu, pencari kerja tidak lagi merasa dirugikan.

  3. Penghapusan Biaya Pendaftaran
    Jika memungkinkan, job fair sebaiknya tidak memungut biaya pendaftaran. Penyelenggara bisa mendapatkan dana dari sponsor atau dukungan pemerintah sehingga acara ini bisa diakses oleh semua kalangan tanpa terkecuali.

  4. Mendorong Partisipasi Perusahaan Berkualitas
    Penyelenggara perlu lebih selektif dalam mengundang perusahaan peserta. Hanya perusahaan dengan reputasi baik dan lowongan yang relevan yang seharusnya diundang untuk berpartisipasi.

  5. Pendidikan untuk Pencari Kerja
    Pencari kerja juga harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara memilih job fair yang berkualitas. Mereka perlu lebih kritis dan tidak mudah tergiur oleh promosi yang bombastis.

Job Fair Digital

Seiring dengan berkembangnya teknologi, job fair digital kini menjadi alternatif yang semakin populer. Platform seperti LinkedIn, Kalibrr, dan JobStreet memungkinkan pencari kerja untuk melamar pekerjaan tanpa harus datang ke tempat fisik. Selain lebih praktis, job fair digital juga sering kali gratis dan memberikan informasi yang lebih transparan.

Harapan untuk Masa Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun