Beban Psikologis pada Siswa
Selain tantangan infrastruktur, penerapan UN juga membawa dampak psikologis yang signifikan pada siswa. Banyak siswa mengaku merasa tertekan karena UN dianggap sebagai "penentu nasib" yang akan memengaruhi masa depan mereka.Â
Beban ini tidak hanya dirasakan siswa, tetapi juga orang tua dan guru. Penelitian menunjukkan bahwa stres akademik yang berkepanjangan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Siswa yang merasa tertekan berlebihan bisa kehilangan motivasi belajar, bahkan berpotensi mengalami kecemasan yang berlebihan.
Sebagai contoh, kasus-kasus kecemasan dan depresi pada siswa kerap meningkat menjelang UN. Fenomena ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele, terutama ketika kesadaran tentang kesehatan mental mulai meningkat di masyarakat.Â
Jika pemerintah benar-benar ingin mencetak generasi yang cerdas dan sehat mental, perlu dipertimbangkan apakah UN dengan tekanan yang tinggi ini adalah solusi yang tepat.
Alternatif Evaluasi yang Lebih Adaptif dan Relevan
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, pendidikan kini memiliki peluang untuk mengembangkan evaluasi yang lebih fleksibel dan adaptif. Misalnya, sistem portofolio digital, di mana siswa dapat mengumpulkan berbagai proyek dan karya mereka selama proses belajar.Â
Ini memberi kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan keunikan dan potensi mereka di luar hasil ujian tertulis.Â
Asesmen berbasis proyek ini memungkinkan siswa menunjukkan kemampuan problem-solving, kreativitas, hingga kolaborasi---hal-hal yang sulit diukur hanya dengan pilihan ganda.
Selain itu, evaluasi berbasis AKM yang difokuskan pada literasi dan numerasi bisa menjadi pilihan tepat karena mampu mengukur pemahaman konsep mendasar. Metode ini juga lebih fleksibel, sesuai dengan kebutuhan pendidikan modern yang berorientasi pada keterampilan hidup, bukan sekadar hafalan.Â
Alternatif-alternatif ini tidak hanya memberikan hasil yang lebih mendalam tentang kemampuan siswa, tetapi juga mengurangi tekanan berlebih yang selama ini terjadi pada UN.