Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Ujian Nasioanal Diterapkan Kembali, Apakah Masih Realistis?

13 November 2024   08:31 Diperbarui: 13 November 2024   09:05 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beban Psikologis pada Siswa

Selain tantangan infrastruktur, penerapan UN juga membawa dampak psikologis yang signifikan pada siswa. Banyak siswa mengaku merasa tertekan karena UN dianggap sebagai "penentu nasib" yang akan memengaruhi masa depan mereka. 

Beban ini tidak hanya dirasakan siswa, tetapi juga orang tua dan guru. Penelitian menunjukkan bahwa stres akademik yang berkepanjangan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Siswa yang merasa tertekan berlebihan bisa kehilangan motivasi belajar, bahkan berpotensi mengalami kecemasan yang berlebihan.

Sebagai contoh, kasus-kasus kecemasan dan depresi pada siswa kerap meningkat menjelang UN. Fenomena ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele, terutama ketika kesadaran tentang kesehatan mental mulai meningkat di masyarakat. 

Jika pemerintah benar-benar ingin mencetak generasi yang cerdas dan sehat mental, perlu dipertimbangkan apakah UN dengan tekanan yang tinggi ini adalah solusi yang tepat.

Alternatif Evaluasi yang Lebih Adaptif dan Relevan

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, pendidikan kini memiliki peluang untuk mengembangkan evaluasi yang lebih fleksibel dan adaptif. Misalnya, sistem portofolio digital, di mana siswa dapat mengumpulkan berbagai proyek dan karya mereka selama proses belajar. 

Ini memberi kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan keunikan dan potensi mereka di luar hasil ujian tertulis. 

Asesmen berbasis proyek ini memungkinkan siswa menunjukkan kemampuan problem-solving, kreativitas, hingga kolaborasi---hal-hal yang sulit diukur hanya dengan pilihan ganda.

Selain itu, evaluasi berbasis AKM yang difokuskan pada literasi dan numerasi bisa menjadi pilihan tepat karena mampu mengukur pemahaman konsep mendasar. Metode ini juga lebih fleksibel, sesuai dengan kebutuhan pendidikan modern yang berorientasi pada keterampilan hidup, bukan sekadar hafalan. 

Alternatif-alternatif ini tidak hanya memberikan hasil yang lebih mendalam tentang kemampuan siswa, tetapi juga mengurangi tekanan berlebih yang selama ini terjadi pada UN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun