Laporan keuangan SRITEX tahun 2020 dan 2021 menunjukkan kondisi yang semakin terpuruk. Data menunjukkan adanya penurunan penjualan, peningkatan beban utang, serta kerugian yang signifikan.Â
Bahkan, salah satu laporan menyebutkan bahwa SRITEX hanya memiliki sedikit aset likuid yang bisa digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Fakta ini semakin memperkuat pandangan bahwa kondisi keuangan perusahaan memang kritis.
Kesimpulan
Kisah ambruknya SRITEX menjadi pelajaran berharga bagi dunia usaha. Bukan hanya soal ambisi dan ekspansi, tetapi juga pentingnya manajemen risiko yang matang. Bagaimana sebuah perusahaan besar bisa hancur karena kurangnya strategi cadangan dan kontrol terhadap utang? Inilah yang seharusnya menjadi perhatian bagi pelaku bisnis lainnya.
Bagi kamu, sebagai pembaca atau mungkin pelaku usaha, kisah ini mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam berbisnis. Mungkin kita tergiur untuk terus memperbesar usaha dan mengambil peluang baru, tetapi tanpa manajemen risiko yang baik, semua itu bisa menjadi bumerang.
 Terutama di era yang penuh ketidakpastian seperti sekarang, menjaga stabilitas keuangan perusahaan lebih penting daripada sekadar ambisi besar.
Ke depannya, perusahaan-perusahaan lain dapat belajar dari kasus SRITEX. Jangan sampai ambisi mengaburkan pandangan terhadap risiko yang ada. Sebuah perusahaan yang kuat bukan hanya yang besar secara kapasitas, tetapi juga yang siap menghadapi tantangan ekonomi global dengan bijaksana.
Begitu juga bagi kita sebagai konsumen atau investor, penting untuk lebih cermat dalam memilih perusahaan yang kita dukung. Pastikan bahwa perusahaan tersebut memiliki manajemen keuangan yang baik dan siap menghadapi perubahan, bukan hanya sekadar mengejar keuntungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H