Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Doom Spending, Biang Membengkaknya Tagihan Paylater

1 Oktober 2024   13:19 Diperbarui: 17 Oktober 2024   14:24 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belanja Online. (Sumber: Pixabay.com/HutchRock) 

Tentu saja, ini adalah tawaran yang sangat menggoda, terutama jika saat itu kamu sedang tidak memiliki cukup uang tunai. Opsi ini seakan-akan memberikanmu ruang untuk tetap membeli tanpa perlu khawatir soal pembayaran langsung.

Namun, justru inilah yang menjadi masalah. Dengan adanya PayLater, banyak orang akhirnya tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan atau melebihi kemampuan finansial mereka. 

Pembayaran yang ditunda membuat konsumen merasa aman, tanpa sadar bahwa utang sedang menumpuk. Dalam banyak kasus, ketika tagihan akhirnya datang, konsumen sering kali terkejut melihat jumlahnya yang jauh lebih besar dari perkiraan.

Studi menunjukkan bahwa kebanyakan konsumen yang menggunakan layanan PayLater cenderung lebih boros dan melakukan pembelian impulsif dibandingkan mereka yang menggunakan uang tunai atau kartu debit. 

Ini karena adanya ilusi psikologis bahwa "pembayaran nanti" memberikan lebih banyak kebebasan finansial. Padahal, utang yang tertunda tetap harus dilunasi, dan sering kali bunga atau denda akan dikenakan jika pembayaran dilakukan terlambat.

 Dampak Doom Spending terhadap Keuangan

Sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu platform keuangan di Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 60% pengguna PayLater mengaku mengalami kesulitan dalam melunasi tagihan mereka tepat waktu. 

Tidak hanya itu, sebagian besar dari mereka juga menyatakan bahwa tagihan PayLater mereka sering kali membengkak akibat kebiasaan belanja impulsif. Dampak ini tentu sangat meresahkan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki manajemen keuangan yang baik.

Contoh kasus yang sering terjadi adalah saat seseorang membeli barang-barang dengan promo atau diskon besar melalui PayLater. Saat pembayaran dilakukan secara tertunda, mereka tidak merasa terbebani. 

Namun, ketika tagihan mulai datang---dan ditambah dengan pembelian lainnya mereka akhirnya kesulitan untuk melunasi semuanya. Akibatnya, bunga mulai berjalan, dan beban finansial semakin bertambah.

Lebih buruk lagi, beberapa orang harus meminjam uang atau menggunakan kartu kredit untuk membayar tagihan PayLater, yang pada akhirnya menciptakan lingkaran utang yang sulit dihindari. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana Doom Spending dapat menghancurkan kesehatan finansial seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun