Mohon tunggu...
France LongginusGoo
France LongginusGoo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengerjakan hal-hal kecil dengan cinta yang besar

France

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterpanggilan Murid-murid Pertama yang Mengikuti Yesus

17 April 2022   23:36 Diperbarui: 18 April 2022   00:02 1490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KETERPANGGILAN MURID-MURID PERTAMA YANG MENGIKUTI YESUS

(Refleksi Eksegetis atas Teks Yohanes 1:35-42)

OLEH: FRANCE LONGGINUS GOO

NIM:611 20 069

 

Abstraksi

Injil Yohanes adalah salah satu kitab yang terdapat di Perjanjian Baru. Kitab yang termasuk dalam rangkaian Injil kanonik ini memiliki gaya dan struktur yang membuatnya unik dan berbeda dengan ketiga Injil yang lain (Injil Markus, Injil Matius, Injil Lukas, meskipun begitu Injil ini tetap memuat wawasan peristiwa yang sama dengan ketiga Injil lainnya. Dari segi isi Injil Yohanes lebih banyak membicarakan tentang perjalanan hidup Yesus secara keseluruhan. Sedangkan dari segi nada atau cara penyampainya, injil Yohanes lebih banyak menggunakan cara atau symbol-simbol, dengan tujuan agar pembaca mampu mencari tahu makna dan maksud dari pesan yang disampaikan itu.  Keunikan dalam injil Yohanes bab 1:35-42 adalah kisah keterpanggilan murid-murid yang pertama. Untuk lebih mendalami teks ini maka diperlukan penelitian eksegetis dengan metode dekalog yang terdiri dari konteks dan teks, jenis sastra, filologi, struktur dan pergerkan teks, pengarang dan asal usul, teks paralel, serta makna Eksegetis. Dengan metode yang demikian teks ini bisa dipahami secara baik.

 

Kata kunci: Injil Yohanes, Keterpanggilan, Pemuridan, Eksegese,  Metode Dekalog

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

Pemuridan merupakan tema yang menarik untuk direfleksikan. Tema ini sungguh menginspirasi berbagai orang untuk menghasilkan berbagai macam permenungan, homili, surat gembala, jurnal ilmiah, skripsi, dan juga lagu-lagu liturgis. Sederhananya, tema ini senantiasa relevan.

Kata “kemuridan” berakar dari kata “murid”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “murid” berarti orang (anak) yang sedang berguru atau belajar.[1] Sementara itu, menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, “murid” (disciple) berarti pengikut suatu aliran religius, politik, kesenian, pemimpin, guru.[2] Karena itu, secara sederhana “murid” bisa dipahami sebagai orang yang mengikuti suatu sekolah atau guru untuk berbagi pandangan dengannya. Berdasarkan pemahaman tersebut, kemuridan  (discipleship) bisa dimengerti sebagai berbagai hal yang berkaitan dengan sifat-sifat seorang murid.

 

Kitab Suci perjanjian baru pun memiliki perhatian terhadap tema ini. Secara khusus dalam Injil Yohanes. Injil Yohanes  memiliki kisah tersendiri tentang panggilan pemuridan. Misalnya panggilan terhadap Simon Petrus. Injil ini memiliki versi tersendiri untuk menggambarkan sosok dan kepribadian seorang Simon Petrus.

 

Pertemuan para calon murid Yesus seperti Andreas, dan Petrus, di mana keduanya adalah buah dari kesaksian yang dilakukan oleh orang-orang yang telah mendengar dan melihat apa yang Yesus lakukan sebelumnya. Pertama-tama adalah Andreas & saudaranya, Petrus, yang merupakan murid dari Yohanes. Mereka mendengar tentang Yesus dari guru mereka.

 

Pertemuan itu telah mengubahkan orang-orang tersebut dari mendengar, melihat, hingga akhirnya memutuskan untuk mengikut Yesus. Ketika Yesus memanggil mereka, mereka menanggapinya secara spontan, tanpa keraguan tanpa berpikir panjang. Mereka bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluarganya untuk segera mengikuti Yesus (Yoh. 1:35-42) Singkatnya, Yesus memanggil dari beberapa murid-Nya dan akhirnya para muridnya dengan yakin memutuskan untuk mengikuti Yesus. Inilah cara pemuridan ala Yesus sehingga murid-murid itu merasa bahwa ada keterpanggilan dalam diri mereka untuk mengikuti Yesus.  

 

            Bertolak dari pemikiran di atas, peneliti berusaha untuk merumuskan tulisan ini di bawah judul: MURID-MURID PERTAMA YANG MENGIKUTI YESUS  (Refleksi Eksegetis atas Teks Yohanes 1:35-42)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                               BAB II

 

                                               MURID-MURID PERTAMA YANG MENGIKUTI YESUS

 

                                      REFLEKSI EKSEGETIS MENGGUNAKAN METODE DEKALOG

 

Unsur-Unsur Penelitian Eksegese Yohanes 1:35-42

 

Teks dan konteks 

 

Teks :  35  Pada hari berikutnya, Yohanes sedang berdiri bersama dua orang muridnya, 36  dan ketika dia melihat Yesus berjalan, dia mengatakan, ”Lihat, Anak Domba Allah!” 37  Dan kedua murid itu mendengar dia berbicara, lalu mereka mengikuti Yesus. 38  Kemudian Yesus menoleh dan, karena melihat mereka sedang mengikuti, ia mengatakan kepada mereka, ”Apa yang kamu cari?” Mereka mengatakan kepadanya, ”Rabi, (yang bila diterjemahkan berarti: Guru,) di mana engkau tinggal?” 39  Ia mengatakan kepada mereka, ”Marilah, dan kamu akan melihatnya.” Lalu mereka pergi dan melihat di mana ia tinggal, dan mereka tinggal bersamanya pada hari itu; waktu itu kira-kira jam kesepuluh. 40  Andreas,saudara Simon Petrus, adalah salah seorang dari antara keduanya yang mendengar apa yang dikatakan Yohanes lalu mengikuti Yesus. 41  Orang ini pertama-tama menemui saudaranya sendiri, Simon, dan mengatakan kepadanya, ”Kami telah menemukan MESIAS” (yang bila diterjemahkan berarti: Kristus). 42  Dia membawanya kepada Yesus. Yesus memandangnya dan mengatakan, ”Engkau adalah Simon putra Yohanes; engkau akan disebut Kefas” (yang terjemahannya adalah: Petrus).

            Sesungguhnya cerita teks Yoh 1:35-42 sebuah instruksi bagi jemaat Kristen, khususnya bagi mereka keturunan Yahudi, tentang bagaimana Yesus harus diberitakan. Pada jemaat itu agaknya ada jumlah orang yang dahulu mendukung Yohanes Pembaptis. Andreas serta temannya melambangkan para pendukung itu. Dalam pertemuan dengan para pendukung Yohanes Pembabtis yang masih tetap ada pada waktu itu, orang-orang Kristen dapat berkata, bahwa Yohanes sendiri menunjuk kepada Yesus sebagai Mesias/ anak domba Allah.[3] 

 

Pada dasarnya teks ini menjelaskan tentang bagaimna para murid Yohanes, ketika melihat Yesus, mereka menginginkan untuk mengikutinya. Dikatakan oleh Yohanes dalam teks tersebut ““dimana pada kesesokan harinya berdiri Yohenes, berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata “ Lihatlah Anak Domba Allah”(1:35)”.[4] Teks ini pada hakikatnya diterangkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. 

 

            Konteks umum penulisan dari injil Yohanes adalah ditujukan bagi kelompok pembaca yang menyendiri. Kelompok ini merupakan cabang dari persekutuan umat purba yang tradisinya berpusat pada Yesus dan murid-muridNya. Bahasa yang digunakan oleh kelompok pembaca adalah bahasa Yunani, karena itu penulis menerjemahkan beberapa istilah Yahudi ke dalam bahasa Yunani (misal: Mesias, Rabuni, Rabi, dll).Kelompok pembaca ini bertikai dengan beberapa pihak.Pertama dengan pengikut Yohanes Pembaptis, kedua dengan orang Yahudi. Terlepas dari itu, tulisan-tulisan Yohanes dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat Gnostikisme untuk melawan pengaruh aliran tersebut dalam tubuh jemaat.[5]

 

                Terkait dengan konteks khusus dari injil Yohanes 1:35-42 dapat diterangkan demikian, bahwasanya peristiwa keterpanggilan ini berlokasi di tempat Yohanes Pembaptis tampil, yaitu di Yudea (ay 28). Daerah ini merupakan daerah kokoh Yahudi. Semua pelaku dalam Injil ini pun bernama Ibrani atau Aram, seperti Andreas, Simon, Kefas, dan Yohanes).Bagian ini diawali dengan kesaksian Yohanes tentang pribadi Yesus. Yohanes Pembabtis bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah.[6]

 

            Pengarang dan Asal Usul 

     Pada umumnya diterima bahwa pengarang injil keempat adalah Rasul Yohanes. Sekurang-kurangnya dapat diteriman bahwa rasul Yohanes menjadi sumber tradisi dalam penulisan injil tersebut. Umum diterima bahwa injil Yohanes ditulis tahun 90-100, tradisi menyebut kota Efesus sebagai tempat penulisanya.[7] Ada beberapa alasan kuat yang mengatakan bahwa Yohanes adalah penulis injil keempat sebagai berikut:

 

     Terdapat suatu tradisi yang sangat kuat, didukung oleh bukti dari sumber-sumber purba, yang mangatakan bahwa penulis nya adalah rasul Yohanes di karenakan kesaksian Ireniu.

 

Penulis di sini menempatkan dirinya sebagai saksi mata, lagi pula Yohanes, anak zebedeus, tidak disinggung dalam Injil ini, sedangkan Yohanes Pembaptis hanya di sebut Yohanes tanpa penjelasan lebih lanjut. Selanjutnya adalah sebutan tanpa menyebut nama tentang murid yang dikasihi Yesus

 

 Penulis memiliki pengetahuan terperinci tentang Palestina dan adat istadat Yahudi. Makamasuk akal bila dia (Penulis kitab Yohanes) adalah Yahudi Palestina.

 

 Penulis Injil ini adalah salah seorang diantara empat penulis Injil yang paling dekat dengan Yesus. Jelaslah bahwa dia seorang rasul. Tetapi tidak mungkin namanya Yakobus, karna Yakobus dibunuh tahun 44 M sebelum Injil ini ditulis (Kis. 12:2). Juga Petrus, Tomas dan Filipus tidak cocok, karena nama mereka semua disebut dalam bentuk orang ketiga. Sipenulis tidak menyebut namanya dan jelaslah bahwa dia punya kewibawaan rohani. Hanya ada satu kemungkinan saja, yaitu Yohanes anak Zebedeus. Tidak ada rasul rasul lain yang cocok.

 

Pada Yohanes 1:35-51, dikatakan bahwa ada dua murid yang mengikuti "Tuhan Yesus. Yang pertama adalah Andreas, namun yang kedua itu tidak disebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa Yohanes adalah penulis kitab Injil ini berdasarkan bukti-bukti di atas.[8]

 

Jenis sastra

 

Injil Yohanes juga menggunakan gaya sastra dialog dalam menamplkan kisah-kisah injilnya. Dialog adalah percakapan langsung yang terjadi di antara dua orang atau lebih, atau antara kedua belah pihak. Dalam kisah pemanggilan murid-murid pertama terdapat gaya sastra dialognya, di mana sesi  dialognya terdapat dalam perikop ini, misalkan percakapan antara kedua  murid yang mendengar perkataan Yesus dengan Yesus sendiri (ayat 38-39).

                                 

Filologi[9]

1:35 ”dua orang muridnya” Mar 1:16-20 nampaknya seperti catatan yang berbeda mengenai panggilan dari dua murid ini. Tidak jelas berapa banyak kontak sebelumnya yang muncul antara Yesus dan murid-murid GalileaNya. Ada tahapan-tahapan disiplin yang khusus yang terlibat dalam proses menjadi seorang pengikut sepenuh waktu dari seorang rabi di jaman Yesus. Prosedur-prosedur ini disebutkan dalam sumber-sumber kerabian namun tidak  secara tepat diikuti dalam catatan-catatan Injil. Kedua murid yang disebut ialah Andreas (lih. ay 40), dan Yohanes (yang tidak pernah menunjuk dirinya dengan nama dalam Injil).

Istilah murid dapat berarti pelajar dan/atau pengikut. Ini adalah suatu nama mula-mula bagi orang yang percaya dalam Yesus Kristus sebagai Mesias Yahudi yang dijanjikan. Penting untuk dicatat bahwa panggilan PB untuk murid-murid, bukanlah merupakan keputusan belaka (lih. Mat 13). Kekristenan adalah suatu keputusan awal (pertobatan dan iman) yang diikuti dengan suatu keputusan terus menerus mengenai ketaatan dan ketekunan.  Kekristenan bukan merupakan polis asuransi atau tiket ke Surga, namun suatu hubungan hamba/persahabatan harian dengan Yesus.

1:37 “kedua murid itu mendengar apa yang dikatakanNya itu” Yohanes Pembaptis menunjukkan diluar batas  dirinya sendiri kepada Yesus (lih. 3:30).

1:38 “Rabi (yang diterjemahkan berarti Guru)” Ini adalah gelar lazim dalam Yudaisme abad pertama untuk mengidentifikasikan mereka yang mampu menguraikan implikasi dan aplikasi dari Hukum Musa dan Tradisi Lisan (Talmud). Secara hurufiah ini artinya “tuanku”. Istilah ini digunakan Rasul Yohanes sebagai ekuivalen dengan “guru” (lih. 11:8,28; 13:13-14; 20:10). Fakta bahwa Yohanes menerangkan istilah-istilahnya (lih. Ay 38,41,42) menunjukkan bahwa ia menulis kepada orang bukan Yahudi.

- ”dimanakah Engkau tinggal?” Ini sepertinya mengikuti prosedur-prosedur tradisional yaitu menstabilkan ikatan yang unik antara guru dengan murid. Pertanyaan mereka mengisyaratkan bahwa kedua laki-laki ini menginginkan untuk menyediakan waktu lebih bersama dengan Yesus daripada hanya bisa bertanya beberapa pertanyaan di perjalanan (lih. ay 39).

 

1:39 “waktu itu kira-kira pukul empat”

 

Tidaklah pasti apakah Yohanes menggunakan Waktu Romawi, yang dimulai pada  12:00 am. atau fajar, atau waktu Yahudi, yang brawal pada 6:00 p.m. (twilight). Ketika seseorang membandingkan Yoh 19:14 dengan Mar 15:25 sepertinya ini mengisyaratkan waktu Roma. Namun demikian, ketika seseorang melihat Yoh 11:9, sepertinya ini mengisyaratkan waktu Yahudi. Yohanes mungkin menggunakan keduanya. Di sini sepertinya waktu Romawi sekitar pukul 4:00 pm.

1:41
NASB “Andreas bertemu mula-mula dengan... saudaranya”
NKJV, NRSV “Andreas mula-mula bertemu dengan... saudaranya”
TEV “Segera ia menemui”
NJB “Yang pertama-tama dilakukan Andreas”
Ada variasi naskah kuno yang mempengaruhi terjemahan. Pilihannya adalah: (1) hal pertama yang dilakukan
Andreas; (2) orang pertama yang ia temui; atau; (3) Andreas adalah orang pertama yang pergi menyiarkan berita.

 “Mesias artinya Kristus.

 


1:42 “Yesus memandang dia” Istilah ini menunjuk pada suatu “pandangan yang tajam.”
            “Simon anak Yohanes” Ada beberapa kebingungan dalam PB mengenai nama ayah Petrus. Dalam Mat.16:17 Petrus disebut “anak Yunus” (‘Iōnas) namun di sini ia disebut “anak Yohanes” (’Iōannēs). Nama Yohanes didapati dalam MSS P 66, P 75, א and L. MS B memiliki nama yang sama namun hanya dengn satu “n” (’Iōanēs). Nama Yunus muncul dalam MSS A, B 3, K dan kebanyakan dari naskah kuno Yunani yang terkemudian. Nampaknya tak ada jawaban yang jelas terhadap pertanyaan ini. Variasi pengejaan adalah hal yang lazim dengan nama salinan dari kata asli dalam bahasa Aram. “’engkau akan dinamakan Kefas’ (artinya: Petrus).” Istilah Kefas adalah kata bahasa Aram bagi batu  karang ( kepa), yang dalam bahasa Yunani menjadi kephas. Nama ini akan mengingatkan seseorang akan  stabilitas, kekuatan dan ketahanan

 

Tambahan-Tambahan Untuk Filologi

 

Kata mereka mengikuti Yesus: Mengikuti Yesus berarti tindakan lahiriah yang mengungkapkan keinginan untuk mengiktui Yesus secara rohani. 

 

Apakah yang kamu cari?: Pertanyaan semacam ini merupakan suatu penolakan, tetapi apbila diucapkan dengan lembut tdak demikian. Pertanyaan baliknya adalah, Di manakah Engkau tinggal? Seperti halnya tindakan mereka mengikti Yesus, dapat memiliki makna yang lebih mendalam lagi-apakah rahasia dari kehidupan dan kuasa Rohani-Mu? Tempat tingglnya pasti tidak menarik bagi mereka, tetapi percakapan agung yang menyusul tetap membekas di dalam ingatan mereka sebagai kenangan indah.

 

Waktu: Bertahun-tahun kemudian Yohanes masih mengigat waktu pertemuan tersebut terjadi kira-kira pukul empat sore. [10]

 

Yesus Anak Domba Allah,: Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:32 dan 1:36, hal ini merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk menebus dosa. Pertanyaan yang diberikan Yohens terhadap para muridnya mau mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, dimana di dalam Dia ada keselamatan, ada hidup dan ada jalan. 

 

Murid: Murid dalam bahasa Yunani: Mathétés (dari kata manthanô: belajar, membiasakan diri dengan sesuatu, akrab dengan). Sedangkan dalam bahasa Ibrani kata murid: mesyarét (Kel 24:13; 1 Raj 19:21; 2 Raj 4:12; Yer 32:12-13), lebih dipahami sebagai hamba. Dalam Perjanjian Lama hanya ada satu teks dari masa Yudaisme yang menyebut kata “murid”. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa hubungan individu dengan Allah selalu dipahami dalam rangka hubungan seluruh bangsa Israel dengan Allah. Dalam Yudaisme dan barangkali karena pengaruhi Helenisme, berkembang gagasan Talmìd dalam hubungan dengan rabbi yaitu orang yang hampir berwibawa ilahi dalam mengartikan Alkitab.[11]

 

Struktur dan pergerakan teks

 

Penyelidikan structural adalah sebuah penyelidikan internal untuk melihat simfoni dan sinkronisasi di dalam teks itu sendiri. penyelidikan tersebut dibuat dengan tujuan untuk menemukan kekuatan pokok atau kekuatan mendasar yang membangun karakter sebuah teks.[12] Karena itu penyelidikan structural tentu akan membantu mengetahui pembabakan dan organisasi teks yang sistematis. 

 

Berdasarkan informasi kronologis kisah dalam teks, penulis mencoba memberikan struktur sederhana dari perikop Yohanes 1:35-45. Struktur perikop dapat dibuat sebagai berikut:

 

Pembukaan Surat (1:35-36)

 

Dimana pada keesokan harinya Yohanes berdiri dengan dua muridnya, dan ketika melihat Yesus dia katakan “Lihatlah Anak Domba Allah”, lalu kedua murid itu mendengarnya dan mulai saat itu mereka mengikuti Yesus. 

 

Kesaksian Yohanes (1: 37-42)

 

Yohanes mengatakan kepada muridnya tentang siapa Yesus. Dan setelah para murid mengetahui siapa itu Yesus, mereka bergegas mengikuti Yesus dan bertanya tentang tempat tinggal Yesus dan juga sejak saat itu Yesus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya. Inilah yang menjadi kesaksian Yohanes tentng Yesus. Di mana pengenalan para muridnya mengenai Yesus sungguh-sungguh membuat Yohanes merasa dipenuhi akan semua tugas yang diberikan kepadanya oleh Bapa.

 

Dalam injil Yoh. 1:35-42 yang merupakan bagian kedua dari bab 1, di dalamnya berisikan struktur teks yang berisikan seluruh daftar saksi  yang satu demi satu, memberi kesaksian mengenai Yesus kepada pendengar Yohanes. Seperti pendengar dalam sebuah sandiwara, yang melalui acara yang tercetak menerima informasi mengenai para pelaku, demikian juga ayat-ayat ini dalam Yohanes memungkinkan pembaca atau pendengar memahaminya sebagai drama kisah kehidupan Yesus yang sedang dimainkan. Sejak permulaan mereka diberi tahu siapa dan apa Yesus itu. Struktur tersebut tampak dalam kesaksian-kesaksian sebagai berikut:

Hari pertama (ay. 29-28)

Saksi:  Yohanes pembabptis kepada para imam Lewi.
Kesaksian:  Yohanes bukan Kristus, juga bukan Elia yang diharapkan (Mal 4:5), atau nabi dalam (Ul 18:25, 18), melainkan suara yang berseru-seru di padang gurun. Yohanes sendiri merasa tidak pantas untuk melepaskan tali kasut Dia yang akan datang sesudahnya 

Hari kedua (ay. 29-34)

Saksi: Yohanes Pembaptis ketika melihat Yesus.

Kesaksian:  Yesus adalah Anak Domba Allah yang memikul dosa-dosa dunia, Ia lebih tinggi dari pada Yohanes, yang di atasNyaRoh Kudus turun dan yang membaptis dengan Roh; Ia yang dipilih Allah

 Hari ketiga (pada keesokan harinya, ay. 35-39)

Saksi: Yohanes Pembaptis kepada kedua muridnya,yang pergi kepada Yesus sekitar jam 4 siang

Kesaksian: Lihat Anak Domba Allah (ay. 36).(Ini dapat menunjuk kepada domba paskah dan atau Hamba yang menderita dalam Yes.53:7, yang membis dinhadapan  para pencukurnya).

 Hari keempat (ay.  40-42)

Saksi:  Andreas kepada Simon

Kesaksian:  Kami telah menemukan mesias.[13]

Kemudian  masih terdapat tiga kesaksian lain yang terdapat padat ayat 43-51.

 

     

 

  • Teks paralel 
    • Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang “Yesus adalah Anak Domba Allah” misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya. Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.                                                  
  • Makna eksegetis 

 

Dalam perikop (Yoh 1:35-42) sebenarnya pesan teologinya adalah soal keterpanggilan, baik itu panggilan lahiriah maupun bantiniah. Yohanes menggambarkan keterpanggilan para murid Yesus sebagai model keterpanggilan batiniah sekaligus lahiriah, karena apa? Karena para murid yang di panggil itu berasal dari latar belakang sekaligus karakter yang berbeda. Selain itu juga Yohanes menekankan peryataan-peryataan Krsitologis dalam pikiran para pendengarnya, maka dari itu para pelakunya muncul dalam adegan-adegan singkat secara berurutan yang melampaui informasi yang diperlukan. Kesaksian-kesaksian tersebur menunjukan bahwa perhitungan utama injil adalah kristologi.[14] Melalui prosedur ini Yohenes juga ingin menunjukan proses perkemabngan jemaatnya, dalam pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkungan Yohanes pembaptis kepada pribadi Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah. maka dapat disimpulakan bahwa teologi teks ini selain membicarakan tentang keterpanggilan para murid Yesus, juga membicarakan bagaimana dan siapa itu Yesus kristus.

 Yohanes membiarkan Yesus lewat tanpa menjadi pengikut-Nya, tetapi ia memperkenalkan-Nya dengan suatu cara yang menimbulkan gerak baru dalam sejarah keselamatan. Seruannya “Lihat Anak Domba Allah” mendorong dua muridnya sendiri untuk mengikuti Guru baru itu, tanpa mereka mengerti maksud penuh dari kesaksian Yohanes tentang Yohanes.

Kesaksian Yohanes dan kesaksian Andreas dan orang-orang lain membawa pembaca injil kepada Yesus. Kesaksian mereka itu hanya langkah pertama. Pembaca selanjutnya hendaknya membiarkan dirinya dipandang oleh Yesus, dan menjawab pertanyaan-Nya, “Apa yang kamu cari?” Perkataan pertama Yesus dalam injil keempat ini adalah  pertanyaan untuk setiap orang yang digerakan untuk mengikuti Yesus: apa yang sesungguhnya kamu cari? Pertanyaan balasan, “Guru, di manakah Engkau tinggal?” awalnya mungkin suatu pertanyaan dangkal tentang lokasi, tetapi dalam injil ini merupakan titik tolak yang baik untuk perlahan-lahan menemukan di mana Yesus sesungguhnya mempunyai kediaman, yakni di dalam Bapa. Kita diajak untuk diam di disitu pula bersama-Nya.[15]

BAB III

PENUTUP

             Eksegese dengan menggunakan metode dekalog sangatlah penting karna mampu mengantar peembaca untuk lebih holistik dalam memahami injil yang disampaikan. Dalam Yohanes 1:35-42, sesunggunya merupakan satu metode bagi kita dalam soal kemuridan dalam hal  ini menjadi murid Yesus atau menjadi pengikutNya. 

            Di dalamnya terdapat instruksi dan pola penyebaran serta kabar baik yang berlaku tetap. Orang lain harus diberi petunjuk oleh orang yang sudah percaya, meskipun barangkali ia sendiri bukan anggota jemaat. Yohanes sendiri tidak ikut melihat tempat tinggal Yesus. Namun ia telah membantu kedua muridnya, Andreas  dan murid yang lain yang tidak disebutkan namanya untuk menjadi murid Yesus.

 

Daftar Pustaka

 

Kamus

Cowie A.P (ed.), Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, 

Oxford: Oxford University Press, 1989 

Dufour Xaxier Leon-, Dictionary Biblica Theology

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)

 

Buku-Buku

Benyamin Hakh Samuel, Perjanjian Baru: Sejarah dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media, 2010

Bergant, CSA Dianne, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Harun Martin, OFM, Yohanes Inji Cinta Kasih, Yogyakarta: Kanisius, 2015 

Greonen OFM Dr. C., Leks Stefan, Percakapan tentang mengikuti Yesus Berdasarkan Alkitab, Yogyakarta: Kanisius,1988

 Widiwiyata A. S., Tafsir Injil Yohanes, Cet.I Yogyakarta: Kanisius, 2008

  

Internet

https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Yoh%201:35-42&tab=text

https://www.academia.edu/20041445/Injil_Yohanes,

 https://www.yumpu.com/id/document/read/40076287/injil-yohanes-i-ii-dan-iii-yohanes-free-bible-commentary/270,

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun