- Teks paralel
- Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang “Yesus adalah Anak Domba Allah” misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya. Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.
- Makna eksegetis
Dalam perikop (Yoh 1:35-42) sebenarnya pesan teologinya adalah soal keterpanggilan, baik itu panggilan lahiriah maupun bantiniah. Yohanes menggambarkan keterpanggilan para murid Yesus sebagai model keterpanggilan batiniah sekaligus lahiriah, karena apa? Karena para murid yang di panggil itu berasal dari latar belakang sekaligus karakter yang berbeda. Selain itu juga Yohanes menekankan peryataan-peryataan Krsitologis dalam pikiran para pendengarnya, maka dari itu para pelakunya muncul dalam adegan-adegan singkat secara berurutan yang melampaui informasi yang diperlukan. Kesaksian-kesaksian tersebur menunjukan bahwa perhitungan utama injil adalah kristologi.[14] Melalui prosedur ini Yohenes juga ingin menunjukan proses perkemabngan jemaatnya, dalam pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkungan Yohanes pembaptis kepada pribadi Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah. maka dapat disimpulakan bahwa teologi teks ini selain membicarakan tentang keterpanggilan para murid Yesus, juga membicarakan bagaimana dan siapa itu Yesus kristus.
Yohanes membiarkan Yesus lewat tanpa menjadi pengikut-Nya, tetapi ia memperkenalkan-Nya dengan suatu cara yang menimbulkan gerak baru dalam sejarah keselamatan. Seruannya “Lihat Anak Domba Allah” mendorong dua muridnya sendiri untuk mengikuti Guru baru itu, tanpa mereka mengerti maksud penuh dari kesaksian Yohanes tentang Yohanes.
Kesaksian Yohanes dan kesaksian Andreas dan orang-orang lain membawa pembaca injil kepada Yesus. Kesaksian mereka itu hanya langkah pertama. Pembaca selanjutnya hendaknya membiarkan dirinya dipandang oleh Yesus, dan menjawab pertanyaan-Nya, “Apa yang kamu cari?” Perkataan pertama Yesus dalam injil keempat ini adalah pertanyaan untuk setiap orang yang digerakan untuk mengikuti Yesus: apa yang sesungguhnya kamu cari? Pertanyaan balasan, “Guru, di manakah Engkau tinggal?” awalnya mungkin suatu pertanyaan dangkal tentang lokasi, tetapi dalam injil ini merupakan titik tolak yang baik untuk perlahan-lahan menemukan di mana Yesus sesungguhnya mempunyai kediaman, yakni di dalam Bapa. Kita diajak untuk diam di disitu pula bersama-Nya.[15]
BAB III
PENUTUP
Eksegese dengan menggunakan metode dekalog sangatlah penting karna mampu mengantar peembaca untuk lebih holistik dalam memahami injil yang disampaikan. Dalam Yohanes 1:35-42, sesunggunya merupakan satu metode bagi kita dalam soal kemuridan dalam hal ini menjadi murid Yesus atau menjadi pengikutNya.
Di dalamnya terdapat instruksi dan pola penyebaran serta kabar baik yang berlaku tetap. Orang lain harus diberi petunjuk oleh orang yang sudah percaya, meskipun barangkali ia sendiri bukan anggota jemaat. Yohanes sendiri tidak ikut melihat tempat tinggal Yesus. Namun ia telah membantu kedua muridnya, Andreas dan murid yang lain yang tidak disebutkan namanya untuk menjadi murid Yesus.
Daftar Pustaka