Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada 6 Nilai yang Didapat dari Kegiatan "Marhobas"

28 Maret 2022   13:49 Diperbarui: 2 April 2022   21:28 4152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang mengadakan gotong-royong dalam memasak di suatu acara. Gambar diambil dari aminjaya.desa.id

Saya pikir ini menjadi roh penggerak kegiatan marhobas. Pesta hanya sarana saja. Nilai yang mau disasar adalah kesatuan di antara mereka yang terlibat dalam pesta itu: tuan pesta, kelompok hula-hula, dongan tubu, maupun boru, dan dongan sahuta (teman satu kampung).

Mau berbagi bisa tercipta karena ada rasa kesatuan. Semua saling belajar, apalagi jika yang dipelajari menyangkut perkara sosial dan adat bersama. Orang yang sudah dianggap paham akan ditempatkan pada pos tertentu dan biasanya mengajak orang lain untuk membantunya. Terjadilah transfer-terima ilmu adat.

Akan tiba waktunya, para parhobas menjadi tuan pesta dan orang lain membantu marhobas di pestanya termasuk tuan pesta yang sedang dibantu kelancaran pestanya.

Akan tiba waktunya, setiap orang harus saling memberi diri, tenaga, materi, dan pikiran dalam marhobas di pesta temannya. 

Roh yang menyatukan adalah dos ni roha atau sada ni roha (kesatuan batin). Roh inilah yang membuat setiap parhobas rela bekerja mulai malam sebelum pesta hingga saat pesta berlangsung, agar pesta berjalan baik, tuan pesta tidak malu, dan kelak di pestanya orang berbuat hal yang sama: memberi yang terbaik.

Harapan

Sungguh menarik dan berkesan bagi saya ikut dalam marhobas. Nilai-nilai di atas sungguh saya nikmati. Saya belajar banyak hal dalam kegiatan itu.

Sayangnya, marhobas sudah tidak terlalu laris lagi, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah semi kota dan kota madya. Marhobas dinilai tidak efisien dengan kesibukan dan taraf hidup di situ.

Mereka lebih pilih menyumbangkan uang untuk menyewa penyedia makanan untuk mengelola makanan. Jauh lebih efisien, tidak menguras tenaga, pikiran, dan menyia-nyiakan waktu.

Untunglah, di beberapa desa/kampung, marhobas masih sungguh lestari dijaga. Kelompok masyarakat masih pilih meninggalkan pekerjaannya sejenak demi melayani teman sekampung yang mengadakan pesta.

Marhobas menjadi hal yang ditunggu dan semua akan berusaha ikut serta, entah pada hal yang sederhana.

Dengan ini, saya berharap agar marhobas masih terjaga ke depan, hal praktis/teoritis hendaknya diwariskan kepada generasi berikutnya, dan roh pemersatu dijaga. Terutama, di kalangan kaum muda, semoga nilai-nilai dari ikut serta marhobas bisa dicicipi dan diwartakan kepada banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun