Marhobas merupakan salah satu kegiatan gotong-royong dalam adat Batak. Ada beberapa nilai penting dan menarik yang dapat dipelajari dari marhobas terutama dalam hidup sosial.
Menarik mengenal dan mempelajari ciri khas dari setiap budaya lokal di Indonesia. Wawasan diperkaya, toleransi diperkuat, dan empati diasah. Begitulah setidaknya yang saya rasakan dan alami.
Namun, tidak mungkin semua budaya dan esensi bisa diingat, mengingat sungguh banyak budaya di Indonesia. Selain itu, setiap budaya masih memiliki kekhasan tersendiri di daerah yang berbeda.
Hanya, saya yakin bahwa apa pun budayanya, "gotong-royong" akan tetap tertanam. Sebab, gotong-royong telah menjadi nilai hakiki yang dibawa setiap orang sejak lahir dan akan mewujud nyata dalam dunia dan kelompok sosial.
Istilah khas Batak Toba
Sebutan untuk gotong-royong juga pasti akan berbeda, seturut bahasa daerah. Di dalam kelompok masyarakat Toba, gotong-royong diterjemahkan dengan marhobas.
Kata marhobas sering dimengerti sebagai:Â
kegiatan gotong-royong sebagai kerja sama di antara anggota-anggota suatu komunitas Batak Toba. Di dalam kegiatan itu ada aksi saling membantu dalam suatu kegiatan paradaton (acara adat).
Sesuai dengan muatan kata tersebut, khususnya paradaton, marhobas mencakup kegiatan-kegiatan/pesta-pesta yang lazim diselenggarakan oleh masyarakat Toba. Misalnya marhobas dalam acara perkawinan, syukuran, kematian, dan sebagainya.
Ada beberapa macam marhobas. Hanya, yang pernah dan sering saya ikuti adalah marhobas saat memasak. Dan, bagi saya sendiri turut serta dalam marhobas saat memasak adalah pengalaman yang begitu menarik dan berkesan.
Nilai di dalamnyaÂ
Selain perasaan di atas, saya juga ingin membagikan enam nilai yang dapat saya petik dari marhobas saat memasak.
Memahami nilai dalihan na tolu
Dalihan na tolu merupakan satu falsafah klasik dan sakral di kalangan Batak Toba. Dalihan na tolu juga merupakan lambang sistem sosial masyarakat Toba yang sering sekali dipahami lewat tiga tiang penopang tungku, yakni somba marhula-hula (menaruh rasa hormat kepada hula-hula), manat mardongan tubu (berhati-hati dengan teman satu marga), dan elek marboru (merendah terhadap boru).