Awalnya, saya hanya iseng dan ingin uji kompetisi dengan orang lain, menakar kualifikasi diri berhadapan dengan orang lain.
Saya ingat bahwa pertama kali saya mencintai dunia literasi saat mengerjakan skripsi. Saya harus membaca banyak buku, mulai dari yang ringan hingga berat (konten). Saya harus bisa mengikuti alur dan isi pikiran penulis.
Saya juga kagum pada para penulis buku yang memiliki gelar akademik menakjubkan. Mereka juga memiliki curriculum vitae yang gemilang. Yang amat membuat saya tertarik adalah bagaimana mereka yang menulis buku masih harus membutuhkan orang lain sebagai editor isi.
Maka, saya tanamkan satu komitmen bahwa saya harus bisa seperti mereka, bisa menulis dengan baik (terlebih bisa dimengerti oleh pembaca) dan bisa mengedit tulisan orang lain.
Mulai dari hal sederhana
Hal pertama yang saya lakukan adalah menuntaskan skripsi dengan baik dan minim error. Ini adalah tulisan akademik pertama saya dan harus bagus, agar bisa menjadi referensi bagi penulis skripsi lainnya. Bahkan, saya senang karena skripsi saya diringkas untuk dimuat dalam majalah ilmiah di kampus.
Semangat saya bertumbuh dan bertambah. Lalu, saya mencoba meringkas isi buku, membuat tulisan-tulisan yang sederhana dan ringan berupa tips dan ilmu pengetahuan umum.Â
Tulisan yang saya buat kemudian saya bagikan kepada banyak orang baik lewat blog pribadi, majalah, bunga rampai, dan buku kenangan. Cukuplah untuk sekadar latihan dan berbagi.
Di sinilah, saya melihat titik start dalam menulis, memanfaatkan internet, dan buku-buku untuk mencari sedikit rezeki yang bisa dinikmati atau dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan.
Menulis opini
Satu cita-cita yang bagi saya awalnya mustahil, kini menjadi kenyataan yakni menulis opini di surat kabar harian. Dan, surat kabar pilihan saya adalah Kompas.
 Saya sungguh sadar bahwa menembus kolom opini di Kompas tidak mudah, sebab para penulis di kolom ini adalah para pakar dan ahli dalam satu bidang (spesialis).