Oh ya. Saya cukup terkejut mendengar, bahwa mereka biasanya berangkat pukul 09.00 WIB dan tiba di Bungus pada sekitar 16.00 WIB (jika perjalanan lancar dan minim istirahat). Wah, sungguh luar biasa mereka berjalan kaki selama lebih kurang tujuh (7) jam.Â
Mereka harus melalui medan yang tidak mudah di tengah hutan. Ada jalan yang licin, datar, tertutup oleh dedaunan, terjal, curam, dan berbahaya. Ada pula jembatan, sungai, dan jalan tempat pacet bersarang. Maka, mereka sungguh sangat berhati-hati.
Biasanya, mereka berangkat bersama dengan pastor, frater, beberapa orang muda, dan seorang penuntun jalan yang berasal dari stasi tetangga dan dia sudah paham betul rute perjalanan ke Bungus.
Membawa obat dan penyuluhan
Beban yang mereka bawa pun cukup banyak. Selain membawa jubah dan pakaian ganti, mereka membawa persediaan obat seperti paracetamol, sakit perut, flu, batuk, vitamin, dan jenis lainnya.Â
Menariknya, menurut penuturan suster, akan ada laki-laki yang siap membantu membawa persediaan obat. Tidak tega mereka membiarkan suster yang membawanya di tengah medan yang sulit.
Ketika setengah perjalanan sudah dilalui, sekitar jam 1 siang, mereka akan berteduh sejenak di satu kedai tengah hutan. Kedai itu bernama kedai kejujuran. Kedai ini didirikan oleh seorang mantan voorhanger (pemimpin umat di stasi setempat). Kedai ini tidak dijaga, tidak dikunci, dan tidak memakai CCTV.
Di kedai tersebut ada air minum, mi instan, teh, kopi, gula, dan snack. Bapak voorhanger dengan kesadaran yang sungguh mendirikannya sebagai tempat istirahat sejenak bagi mereka yang mau datang ke Bungus atau sebaliknya, umat Bungus yang mau bepergian ke luar.
Sudah puluhan tahun kedai itu berdiri dan hingga kini masih eksis. Kedai kejujuran di tengah belantara hutan.
Setelah istirahat, mereka melanjutkan perjalanan hingga tiba di perkampungan setempat: Bungus. Mereka butuh istirahat lagi untuk sekitar satu hingga satu setengah jam.
Lalu, mulai sore hingga malam para suster akan mengumpulkan umat setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang kesehatan. Mereka juga akan membagi obat-obat kepada setiap masyarakat.Â
Jika ada umat yang kebetulan sakit pada saat kunjungan, para suster akan memberikan pengobatan sekaligus mengunjungi rumah mereka.