Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ada Apa dengan Fenomena Bahasa yang "Marpasir-pasir"?

15 Januari 2022   15:17 Diperbarui: 20 Januari 2022   10:01 3708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berbicara dengan teman sebaya. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Bahasa ini sama pentingnya dengan bahasa Indonesia, terlebih dalam usaha melestarikan bahasa tersebut. Terutama bahasa daerah dapat terancam punah, kalau tidak dipelihara, dipromosikan, dilatih, dan diucapkan berulang kali.

Hanya saja, sampai saat ini saya belum memakai bahasa bilingual, antara Indonesia dengan Inggris. Saya akan lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia yang agak lebih popular atau gaul daripada bahasa Inggris.

Itulah bukti cinta saya pada bahasa Indonesia. He he he.

Oh ya, saya mencoba memupuk rasa cinta pada bahasa Indonesia lewat tulisan-tulisan. Di berbagai kesempatan menyampaikan seminar atau dalam tugas mengajar saya selalu menugaskan para (maha)siswa untuk membuat paper dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan selalu mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia berupa buku (luring) atau link resmi (daring).

Persepsi atas fenomena 

Saya melihat bahwa ke depan (persepsi pribadi) bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah akan semakin kalah zaman jika tidak dilestarikan lewat hal-hal yang mendukung.

Misalnya, lewat bahasa pengantar di sekolah dan rumah, tugas sekolah sehari-hari (bukan hanya guru Bahasa Indonesia), ajang kreativitas menulis regional, lokal, maupun nasional, atau membuat kelompok-kelompok Para Pelestari Bahasa Indonesia, atau yang lainnya.

Kaum muda sekarang sudah lebih nyaman kalau menggunakan bahasa-bahasa asing. Dengan alasan, lebih gaul, ikut arus zaman, kelihatan lebih intelektual, atau kelihatan "western-western-nya".

Bahasa yang demikian bisa menjadi satu lifestyle dan ini akan dipandang lazim. Untung-untung penggunaan bahasa tersebut kontekstual. Misalnya pada ajang kompetisi atau berlatih bahasa asing dengan native speaker dengan sedikit meraba-raba terjemahan yang cocok. Maka, tidak masalah jika marpasir-pasir.

Bisa jadi identitas kesukuan

Saya lebih senang kalau seseorang itu memakai bahasa bilingual antara Indonesia dengan bahasa daerah. Alasannya ada beberapa.

Pertama, fenomena tersebut bisa menunjukkan identitas sukunya; apakah dia seorang Toba, Jawa, Manado, atau Ambon, Papua, dan sebagainya. Jadi, saya bisa secara dewasa mengatur sikap dan gaya berbicara agar pembicaraan lebih asyik dan nyambung.

Kedua, fenomena tersebut bisa menjadi cara memelihara harta adatnya. Jika tidak orang yang bersangkutan melestarikan adatnya, siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun