"Ya. Kau selalu berpindah-pindah. Mungkin... kau menghindariku."
Kita berdiri membisu. Hingga aku teringat, sebagai tuan rumah harusnya aku bersikap ramah.
"Mari, kita duduk di beranda. Aku akan membuatkanmu secangkir teh."
"Teh melati. Kesukaanmu." Kau tersenyum padaku.
Akhirnya, kita duduk berdampingan di beranda setelah sepuluh tahun berlalu.
"Mengapa kau mencariku? Aku yakin, aku tak lagi seindah dulu."
"Aku tahu, karena inilah kau menyuruhku pergi."
"Kau akhirnya mengerti?"
"Hari itu ulang tahunmu dan aku melupakannya," sesalmu. "Aku hanya larut dalam perasaan dan hasratku. Aku mengakuinya."
Kedamaian perlahan menyusup di antara kita. Mungkin rentang waktu telah menciptakannya. Aku bernapas lega.
"Aku hanya ingin tahu bahwa kau mencintaiku. Karena itu, aku memberimu waktu," ucapku tenang.