Menurutku, kau tak pernah memahami bagaimana caranya untuk mencintai seseorang. Kau memuja keindahan serta mengagungkan hasrat. Menurutmu, cinta adalah perpaduan keduanya. Kesepakatan antara mata dan keinginan serta dibumbui sedikit niat. Kau mengatakannya ketika kita menginjak usia dua puluh lima. Perihal cinta yang kau yakini sejak mulai mengenal dan jatuh cinta dengan seseorang.
"Kita berakhir sampai di sini," ucapku beku.
Kau terpana mendengar kalimatku. Hujan baru turun berderai. Kita baru saja melepas pelukan rindu di depan pintu rumahku. Hari itu tepat dua puluh lima hari setelah pertemuan kita yang  ke sekian.
"Kau sedang ada masalah?" Pertanyaan itu terlontar setelah menit-menit yang berlalu terasa hampa.
"Tidak," gelengku cepat, "aku hanya menginginkannya."
Kau memasukkan kedua tanganmu ke dalam saku lalu mendesah panjang. Kerut-kerut di dahimu tercetak jelas. Kau menyipitkan mata ke arahku, seakan menerka-nerka apa yang sedang kupikirkan.
"Berikan aku penjelasan."
Tidak mudah menghadapimu. Terutama saat kau sedang bersikeras. Tapi, aku sudah meneguhkan niat dan takkan mundur sekalipun digertak.
"Sudah kukatakan, aku hanya menginginkannya. Kupikir, aku berhak untuk itu."
"Katakanlah, kau sedang tidak puas denganku?"
"Maaf, aku tak bisa menjawabnya."