“Tak perlu, kau tak perlu melakukannya,” jawab seseorang yang memegangi lenganku.
“Jangan melarangku! Aku harus menemukannya!”
“Tabahkan hatimu... perempuan itu bernasib sama dengan Kemala...”
“Kalian berdusta!” jeritku sekuat tenaga.
Orang-orang saling berpandangan dengan sorot mata kehilangan. Aku melolong dengan wajah bersimbah air mata. Cahaya berpendar redup di langit. Malam itu, rembulan purnama berlinang lara.
***
Tepian DanauMu, 10 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!