Sejak saat itu ada yang beda . Aku selalu ingin menegurnya. Ada saja acara yang aku buat.
Aku upayakan bisa bertegur sapa dengan Hida. Dia memang beda. Teman-temannya  yang selalu mengajak aku  ngobrol ke sana-kemari, selalu mencari bahan  untuk berbincang.
Namun Hida justru sebaliknya. Selalu cuek dan menjawab pertanyaanku seperlunya.
Suatu hari kami mengadakan penjelajahan. Aku bertugas di Pos terakhir. Anak-anak tampak lelah, sehingga banyak siswa yang beristirahat agak lama. Anak-anak perempuan berkerumun didekatku. Sambil menyelesaikan tugas, mereka mengajak bersenda gurau. Gelak tawa di antara nyanyian lagu-lagu Pramuka, membuat suasana makin akrap.
Tanpa ku sadari , regu Walidah sudah berdiri di depanku.
" Lapor! Regu Walidah siap mengerjakan tugas!"
Aku segera bersikap sempurna. Ku tatap ketua regu yang melapor. Hida!
Tatapan mata itu sudah tak seperti dulu  lagi. Tatapannya mulai teduh . namun kutangkap cemburu di matanya. Seolah mengisyaratkan rasa tak rela ketika aku bersama  teman-teman yang lain.
Aku segera tanggap. Instruksi  melanjutkan perjalanan segera aku sampaikan. Mereka bergegas melanjutkan perjalanan menuju sekolah.
" Hida, Kau tampak capek. Kenapa bajumu kotor banget?"
" Gak apa-apa Kak. Kami Pramuka yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Bukan hanya main-main."