Ya Allah... Hida yang sakit. Teman-temannya sudah memberi pertolongan namun belum membaik. Ku sentuh dahinya, dia demam tinggi. Tanpa piker Panjang, langsung kubopong tubuhnya. Aku berlari ke Puskesmas yang ada di sekitar Bumi Perkemahan. Tak kupedulikan lagi semua mata memandang, yang ada dalam hatiku Hida harus segera tertolong.
Kurebahkan tubuh lunglainya di ruang pemeriksaan. Ku pandangi wajahnya pucat. Aneh... aku benar-benar merasakan perasaan istimewa pada Hida. Perasaan yang selama ini belum pernah aku rasakan. Bukan hanya rasa sayang tapi aku benar-benar takut kehilangan dia. Apakah aku benar-benar jatuh cinta? Cinta pertama? Oh ... usia kami terpaut delapan tahun. Tidak terlalu jauh. Tapi dia anak didikku? Pantaskah?
Dokter datang membuyarkan lamunanku. Hida langsung diperiksa .
" Gimana Dok? Sakit apa dia?"
" Oh gak apa-apa. Dia Cuma masuk angin. Nggak biasa tidur di alam terbuka. Obatnya diminumkan ya, semoga cepat sembuh."
Kupandangi dia. Ada rona merah di wajahnya, tampak tersipu malu.
Dua temanya masuk membawa sepotong roti dan minuman hangat.
" Ayo makan rotinya, segera minum obatnya biar lekas sembuh!"
Dia menggeleng.
" Oh mau disuapi Kakak ya!" godaku.
" Eh nggak. Biar aku makan sendiri."