Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Kau Memanggil

31 Agustus 2017   07:51 Diperbarui: 31 Agustus 2017   08:20 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Sudah..kita lanjutkan makan dulu, setelah salat subuh Ibu akan cerita deh".

Usai salat Subuh anak-anak menagih diberi cerita. Mereka berebut tiduran di pangkuan ku, berebut dengan ayahnya.Meski mereka sudah dewasa sikap mereka tetap manja.

" Dulu saat Nenek masih ada, tiap liburan kita selalu menghabiskan waktu di sana. Saat kita berkunjung ke nenek pada liburan sekolah,suatu hari saat  kita akan berpamitan pulang, tiba-tiba Nenek  mengutarakan niatnya,Nenek pengen berangkat haji, hal ini sudah disampaikan pada pak dhe dan bu dhe kalian, karena terlalu mendadak dan saat itu mereka juga baru saja memasukkan anak-anak mereka ke Perguruan Tinggi, mereka memberikan janji tahun depan saja, karena jujur tabungan mereka habis.. Namun ternyata keinginan Nenek sudah tidak dapat dibendung.

Padahal setahun yang lalu Beliau akan didaftarkan haji tidak mau, alasannya Beliau sudah tua semoga anak cucunya bisa pergi haji semua.

 Nenek justru mengintruksikan agar Pak Dhe membagi harta warisan semua. Akhirnya Pak Dhe menuruti kemauan Nenek ,harta peninggalan Kakek dibagi dan sekaligus disertifikatkan atas nama anak-anak dan Nenek , meskipun tak satupun anak-anak beliau yang mau membawa sertifikat maupun hasil panen pulang.Kami sepakat hasil pertanian itu sebagai pensiun untuk Nenek. "

Saat itu Nenek menyampaikan kepada Ibu begini,"

" Nduk.. aku ki pengen ngulon ( ke barat = Makkah ), umpama tanah yang tersisa itu dijual cukup gak ya.? Kalau gak cukup, bagaimana kalau diiriskan sedikit --sedikit dari kakak-kakak mu?"

" Alhamdulillah... njih, insya Alloh Njenengan berangkat, Ibu mempersiapkan fisik saja, masalah biaya tidak usah dipikirkan, kami yang akan mengurusnya". Nenek tampak bahagia.

Sementara aku bingung, bagaimana caraku mencari biaya? Sedangkan kehidupan ku saat itu juga masih sangat minim, rumah saja belum punya apalagi tabungan.Namun aku yakin niat baik akan selalu diberi jalan oleh Alloh, saat ini Alloh telah memanggil ibu menjadi tamu-Nya , pasti Alloh akan menjamin dan sudah mencukupkan semua nya. Segera ku putar otak, mencari cara sumber dana yang tidak sedikit itu.

Aku tangguhkan kepulangan ku, Segera aku hubungi kakak-kakak ku lewat ponsel untuk berkumpul di rumah kakak sulung ku.Setelah semua saudara ku berkumpul aku mengajak  mereka untuk membicarakan masalah ini, dengan hati-hati aku sampaikan niat ku agar tidak terjadi salah faham.

" Kak, tadi Ibu menyampaikan niatnya untuk pergi haji, Beliau juga sudah menceritakan semuanya pada ku, aku langsung menyanggupinya, sebelumnya mohon maaf kalau langkah ku ini dianggap terlalu lancang, karena belum membicarakan dengan kakak. Mengenai biaya, aku mohon izin kakak semua untuk menjual sawah yang merupakan bagian ku pemberian  ibu dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun