Ku tatap Al dengan derai air mata, ku peluk dia,dalam hati ku aku berjanji untuk menerima Al menjadi anak ku, sesuai dengan harapan Imas,tetapi Hans ? tak mungkin ..aku masih bersuami, biarlah perasaan ini tetap menjadi rahasia , dia akan tetap menjadi kakak ku, selamanya.
Tiba-tiba pintu ICU terbuka, dokter yang menangani Hans keluar diikuti dua orang perawat, saat aku tanyakan keadaan Hans, mereka tak menjawab dan segera berlalu. Perasaan ku menjadi makin khawatir, kuabaikan peraturan yang terpampang di pintu ICU, aku berlari masuk diikuti anak-anak.
Langkah ku terpaku, terbujur jasad di hadapan ku yang telah tertutup kain putih.
Hans..kau kah itu? Bisikku dalam hati. Perlahan ku buka kain penutup itu.
Hans.... . Tanpa komando anak-anak berlari memeluk jasad Hans dengan jerit pilu.
Aku tak mampu bergeming... ku tatap dalam-dalam wajah Hans, ternyata melepaskan orang yang pernah dicintai memang sungguh menyakitkan, meskipun aku tahu tak semua yang dicintai harus dimiliki. Tapi ini merupakanketentuan-Nya, aku harus rela.
 Aku bisikkan dalam hati,
 " Hans.. selamat jalan.. kami telah ikhlas  melepas mu, semoga Alloh menerima semua amal baik mu dan mengampuni semua kesalahan mu,Semoga sakit mu bisa menghapus dosa mu dan kelak  kau akan  mendapat tempat yang baik di sisi-Nya. . Selamat jalan Hans.."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H