Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rapuh

26 Agustus 2017   11:39 Diperbarui: 29 Agustus 2017   08:23 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa petugas berjalan cepat mendahului ku, ekspresi  tegang  menghiasi wajah mereka. Aku ditinggalkan mereka, di belokan kami berpapasan dengan dokter yang baru saja keluar dari sebuah kamar, ku baca tulisan yang tertera , Melati 3.

Hati ku tiba-tiba berdegub kencang.

" Dok, ini keluarga pasien", seorang perawat menarik tangan ku.

Dokter memandangku, langsung menyampaikan, " Mari ikut saya".

" Tapi dok.. saya bukan keluarga pasien".

Dokter kembali menatap ku dengan tajam, "  Kalau Anda bukan keluarga pasien lalu kenapa Anda nurut saja dibawa ke sini?":

" Maaf dok.. saya juga tidak tahu, saat perawat mengumumkan saya berdiri dengan maksud ingin membantu mencari keluarga pasien, namun tiba-tiba tangan saya ditarik tanpa diberi kesempatan menjelaskan".

Tanpa berkata apapun dokter langsung melangkah meninggalkan aku dengan wajah kesal, para perawat langsung mengikuti tanpa memandang ku.

Aku tetap bengong, tapi tiba-tiba aku menjadi penasaran, kasihanan pasien ini, gumam ku dalam hati. Kondisi sedang kritis, tapi tak seorangpun keluarganya yang hadir. Aku berniat untuk menengok kondisi pasien.Perlahan ku buka pintu kamar Melati 3. Suhu kamar terasa dingin dan senyap, tak ada tanda-tanda kehidupan di sana, terbujur seorang laki-laki , tampak wajahnya pucat pasi, aku mundur dan ingin berbalik, perasaan ku menjadi tak enak, aku ingin segera keluar, tapi celaka lengan baju ku tersangkut dan ponselku jatuh. Ponselku terpental melesat jauh dan masuk ke bawah kolong tempat tidur pasien.

Tiba-tiba aku merasa amat ketakutan, kaki ku gemetar,aku khawatir hal ini akan mengganggu pasien sehingga makin memperburuk kondisinya. Aku merunduk.. mengambil ponsel, tiba-tiba ku dengar suara erangan pasien. Aku makin ketakutan, aku segera berbalik dan segera berlari menuju pintu, ku tutup pintu dengan pelan, sebelum pintu tertutup sempurna, langkah ku tertahan, ku amati dengan seksama. Wajah lelaki itu..aku terkejut, wajah itu pernah ku kenal.. ku amati dengan seksama ternyata....

Hans... betulkah kau Hans..bisikku pelan. Aku masuk kembali... mengendap perlahan. Dengan hati-hati aku makin mendekat.Meskipun sudah banyak perubahan dalam dirinya, namun aku masih mengenalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun