Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rapuh

26 Agustus 2017   11:39 Diperbarui: 29 Agustus 2017   08:23 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Hans... Ya Alloh... Handoko, benarkah ini kau ? Hans... " Aku mendekat. Wajah itu tampak kuyu . Ku singkap selimut yang menutup tubuh Hans. Ku genggam erat tangan Hans, terasa dingin dan tak berdaya.

" Hans...ini aku Hans, kau dengar aku? Kau masih ingat suara ku Hans?"

Hans tak bereaksi sedikitpun, aku benar-benar cemas dengan kondisinya. Wajahnya makin pucat, bibirnya nampak mulai membiru,dalam kepanikan itu aku langsung memencet bel untuk memanggil perawat. Tak seberapa lama beberapa perawat datang diikuti dokter. Mereka tampak kaget dan kesal melihat aku berada di dalam kamar pasien.

" Hai.. kenapa kau ada di kamar ini? Apa yang kau lakukan !, keluar! "  Bentak seorang perawat dengan garang. Aku langsung menghindar tanpa menjawab sepatah katapun.

Aku memperhatikan  dari luar kamar. Ku lihat mereka dengan cekatan menangani Hans yang makin  kritis,  ya Alloh..lindungi Hans, doa ku .

Tak terasa pipi ku basah dengan air mata, aku tak pernah merasa sesedih ini. Aku melihat sahabat ku dalam penderitaan , sementara aku tak mampu berbuat apapun. Sejenak ku lihat mereka tetap berupaya menyelamatkan Hans. Namun tiba-tiba dokter berhenti dan memberikan isyarat menggelengkan kepala. Aku terkejut, spontan aku berlari menedekati dokter.

"Dokter, bagaimana kondisi teman saya dok? Tolonglah dok, tolonglah dia".

Dokter hanya diam, pandangannya lekat pada ku, ada sesuatu yang dicermati, tiba-tiba dokter membuka suara.

"Apa yang Anda mau, tadi disaat kami membutuhkan persetujuan keluarga, Anda mengatakan tidak mengenali pasien, saat ini Anda minta untuk menyelamatkan setelah semuanya terlambat, Anda bisa saya tuntut telah melakukan tindakan untuk mencelakai pasien kami". Dokter menunjuk padaku dengan ekspresi sangat marah.

" Dokter ,Hans  ini sahabat saya, mana mungkin saya mencelakainya, saya tadi benar-benar tidak tahu kalau pasien ini teman saya dok, saya berasal dari luar daerah, dan saya tidak pernah tahu kalau dia juga sedang dirawat di sini dok. "

Dokter sama sekali tak mendengarkan ucapan ku, dia mengisaratkan pada perawat untuk segera memindahkan pasien ke ruang ICU..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun